What's an idea came from the title?
Actually I dont know for sure, it's just cool to say "working is a lifestyle" hahaha..
firstly, for me, it's not a lifestyle at all...
I hate to work,
I hate to have pressure in achieving a goal,
I hate to waste my life behind the desk, in front of my laptop, 8 hour a day (sometimes more than that), 5 days a week, 52 weeks a year..
but,
Sorry to said to myself, working is part of my life.
If u wanna be rich, work hard
If u wanna be success, work smart
So, now I, hate or not, have to make working as my lifestyle.
Then, I'll find my way to be a smart worker!..
ok, this the last post before I go to Surabaya, again..
I made this post just for reminder (for me) to work smart, to be grateful..
See u in the next 1 weeks (I hope not more than 1 week =P )..
My Math teacher said "The important thing is THE PROCESS, not the result." And I believe it ever since.
Wednesday, January 20, 2010
Monday, January 18, 2010
Hitung Penghasilan...
Setelah sampai kantor kepagian, dan ternyata belum ada org, akhirnya saya browsing2 detik...
Saya menemukan artikel bagus (sepertinya) karena belum sempat saya baca...haha...
saya kopi disini dulu dhe...
Jakarta - Pembaca yang bijak diawal tahun 2010 ini kami ingin menyampaikan bahwa mumpung masih awal tahun semangat untuk lebih maju pasti masih besar demikian juga dengan semangat untuk menjadi lebih kaya pasti juga sangat besar.
Pada artikel kami yang pertama telah kami sampaikan bagaimana menyikapi kondisi agar kita dapat mencapai fase I yaitu kesehatan keuangan. Pada artikel ini juga sekalian kami bahas beberapa pertanyaan terkait dengan arikel kami yang pertama khususnya mengenai hutang yang memang merupakan merupakan 'makhluk' yang dapat berfungsi sebagai 'madu dan racun', berikut adalah paparannya:
1. Bagi mereka yang memiliki pengeluaran 'hanya' sebesar 10% s/d 30% dari penghasilan maka batasan cicilan hutang sebesar 30% menjadi relatif, jawaban tegas dari kami bahwa batasan hutang maksimum sebesar 30% dari penghasilan anda adalah mutlak meskipun pengeluaran 'hanya' sebesar 10% s/d 30%. Berdasarkan survey empiris menyatakan sebuah lembaga keuanganpun tidak akan member kredit kepada seorang debitur jika jumlah cicilan perbulan melebihi 30% s/d 40% dari total penghasilan (kecuali ada rekayasa dari debitur dan kreditur).
2. Untuk mereka yang berada pada poin 'd' maka silahkan anda ikuti saran berikut yakni tetap mencari solusi untuk menyelesaikan hutang secara jangka menengah panjang, sementara jangka pendek anda harus meminta pertolongan dana bantuan bukan pinjaman. Langkah berikut sudah kami paparkan pada artikel yang lalu.
Demikian jika anda sudah menuju untuk berada dalam jalur menuju koridor berhutang yang sehat maka kini saatnya anda melakukan perhitungan akan kebutuhan (bukan keinginan) keuangan anda yang lain. Dapat kami sampaikan bahwa anda perlu memperbesar penghasilan anda namun sebelum itu tercapai maka ada hal yang lebih mudah anda lakukan yakni menekan pengeluaran, mengapa lebih mudah menekan pengeluaran?, karena pengeluaran yang dilakukan adalah sebagian besar sangat bergantung kepada diri anda sendiri, sementara meningkatkan penghasilan sebagian besar sangat bergantung pada pihak lain diluar anda.
Cara yang efektif adalah mulai melakukan pencatatan atas seluruh pengeluaran bulanan (diluar cicilan hutang), lakukan review terhadap 5 (lima) pengeluaran terbesar bulanan anda, lakukan efisiensi atas pengeluaran anda sehingga dapat ditekan besaran pengeluarannya. Setelah anda melakukan pencatatan dan efisiensi pengeluaran, langkah selanjutnya melakukan pencatatan seluruh pembayaran hutang (cicilan + pokok) per bulannya kemudian lakukan penilaian (valuasi) atas penghasilan anda apakah sudah mencapai besaran yang tepat?
Sekedar informasi seluruh pencatatan mohon dilakukan dalam kolom sebelum review dan setelah review dilakukan.
Dalam melakukan valuasi penghasilan anda, ada tahapannya:
1.Tahapan yang buruk (Poor Income Valuation);
2.Tahapan yang wajar (Fair Income Valuation);
3.Tahapan yang ideal (Ideal Income Valuation).
Agar memudahkan, berikut penjelasannya :
1.Tahapan yang buruk (Poor Income Valuation): adalah tahapan dimana kondisi total pengeluaran lebih besar dari penghasilan alias 'Besar Pasak dari pada Tiang', dalam kondisi ini arus kas menjadi defisit atau negatif serta bobot cicilan hutang perbulan diatas 50% dari total penghasilan. Lihat contoh berikut:
Tabel 1: Uraian per bulan Besarnya Bobot vs Pendapatan
Penghasilan Bersih Rp 18.750.000 100%
Pengeluaran (diluar cicilan hutang) Rp 17.500.000 93,33%
Cicilan hutang Rp 9.825.000 52,40%
Total pengeluaran = 2+3 Rp 27.325.000 145,73%
Surplus (defisit) pengeluaran Rp (8.575.000) -45,73%
Surplus (defisit) cicilan hutang Rp (4.200.000) -22,40%
Dalam kasus diatas terlihat bahwa pengeluaran (defisit) Rp 8.575.000.
Pada kasus ini kemungkinan besar untuk menutupi kekurangan maka dilakukan dengan cara menambah hutang melalui kartu kredit. Cara tersebut sangat berbahaya dan tidak dapat dibenarkan. Sebaiknya pada kondisi ini segera minta bantuan dana dari relasi ataupun keluarga dekat.
Kami sangat menyarankan agar dapat melakukan review atas aktifitas usaha kasus diatas, carilah potensi yang besar untuk meningkatkan penghasilan.
2. Tahapan yang wajar (Fair Income Valuation): kembali pada kasus diatas individu atau keluarga tersebut wajib meningkatkan penghasilan, masalahnya adalah berapa penghasilan yang wajar untuk kasus diatas?, berikut adalah formulasi Valuasi Penghasilan Wajar:
Total pengeluaran dalam kondisi defisit / 90%
Mengapa pembagi harus 90%?, hal ini disebabkan karena untuk mencapai zona kebebasan finansial atau anda menjadi lebih kaya maka wajib menyisihkan penghasilan minimal 10% dan ditempatkan pada investasi yang tepat (akan kami bahas di artikel berikutnya).
Sehingga kasus diatas penghasilan menjadi Rp 30.361.111. Atau dalam tabel berikut:
Tabel 2: Valuasi Penghasilan Wajar Besarnya Bobot vs Pendapatan
Pendapatan Bersih Wajar Rp 30.361.111 100%
Dana yang diinvestasikan (wajib) Rp 3.036.111 10%
Pengeluaran (diluar cicilan utang) RP 17.500.000 57,64%
Cicilan utang Rp 9.825.000 32,36%
Total pengeluaran Rp 30.361.111 100%
Surplus (defisit) pengeluaran - 0
Surplus (defisit cicilan utang) Rp (716.667) -2,36%
Dari tabel terlihat bahwa defisit sudah nol dan cicilan hutang menurun dari bobot terhadap penghasilan 52,40% menjadi 32,35%.
3. Tahapan yang ideal (Ideal Income Valuation): pada tahapan ini individu/keluarga tersebut sudah berada pada koridor keuangan yang sehat, yakni sesuai tabel:
Tabel 3: Valuasi Penghasilan Ideal (saat nanti) Besarnya Bobot vs Pendapatan
Pendapatan bersih ideal Rp 50.250.000 100%
Dana yang diinvestasikan (wajib) Rp 5.025.000 10%
Pengeluarn (diluar cicilan utang) Rp 17.500.000 34,83%
Cicilan utang Rp 9.825.000 19,55%
Total Pengeluaran Rp 32.350.000 64,38%
Surplus (defisit) pengeluaran Rp 17.900.000 35,62%
Surplus (defisit) cicilan utang Rp 5.250.000 10,45%
Dana yang diinvestasikan Rp 17.900.000 35,625
Adapun formulasi Valuasi Penghasilan Ideal adalah:
Cicilan hutang perbulan/30% + Pengeluaran (diluar cicilan hutang)
Terlihat bahwa bobot cicilan hutang telah mencapai < 30% yaitu 19,55% serta terjadi surplus sebesar 35,62%.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana saya mendapatkan tambahan penghasilan tersebut?, hal ini dapat dicapai dengan pindah pekerjaan atau melakukan usaha tambahan. Memang bukan merupakan hal yang mudah namun setidaknya anda sudah mengetahui batasan penghasilan yang sehat sesuai dengan kondisi anda.
Sekedar informasi penghasilan dan cicilan hutang yang dimaksud disini adalah dapat merupakan penghasilan dan cicilan hutang gabungan (suami & istri).
Namun sebaliknya secara realistis kita harus siap dan wajib melakukan 'pengetatan ekstra' terhadap pengeluaran jika proyeksi untuk mendapatkan penghasilan tambahan belum nampak.
Tabel berikut adalah contoh sebuah keluarga yang telah melakukan review 'pengetatan ekstra' terhadap pengeluaran dikarenakan proyeksi penghasilan tambahan belum nampak (kasus sama dengan diatas):
Tabel 4: Uraian (Total per Bulan) Besarnya (sblm review) Bobot vs Pendapatan (sblm Review) Besarnya (stlh review) Bobot vs Pendapatan (stlh review)
Penghasilan Bersih Rp 18.750.000 100% Rp 18.750.000 100%
Pengeluaran (diluar cicilan utang) Rp 17.500.000 93,33% Rp 8.925.000 47,60%
Cicilan Utang Rp 9.825.000 52,40% Rp 9.825.000 52,40%
Total Pengeluaran RP 27.325.000 145,73% Rp 18.750.000 100%
Surplus (defisit) pengeluaran (Rp 8.575.000) -45,73% - 0%
Surplus (defisit) cicilan utang (Rp 4.200.000). -22,40% (Rp 4.200.000) -22,40%
Perhatikan pengeluaran diluar cicilan hutang wajib dan harus ditekan sehingga total pengeluaran tidak menjadi defisit. Memang sekali lagi ini adalah hal yang berat dan tidak mudah namun dapat dilakukan dengan semangat dan disiplin yang ekstra tinggi.
Sekarang kita kembali pada keluarga yang telah berhasil mendapatkan tambahan penghasilan, kisaran peningkatan yang berada diantara Penghasilan Wajar hingga Ideal adalah sudah cukup untuk membuat kekayaan anda bertambah, dengan catatan minimal sebanyak 10% dari pendapatan anda per bulan ditempatkan pada investasi bukan spekulasi.
Pembaca yang bijak, apakah beda investasi dan spekulasi? pada artikel berikut akan kami bahas serta bagaimana sebuah keluarga melakukan investasi yang benar dan akurat sehingga masa depan keluarga lebih terjamin, mari kita tunggu.
Taufik Gumulya, CFP(R) CEO dan Financial Planner pada TGRM Perencana Keuangan.
sumber:
http://www.detikfinance.com/read/2010/01/18/072340/1280358/722/yukhitung-ulang-penghasilan-kita
Saya menemukan artikel bagus (sepertinya) karena belum sempat saya baca...haha...
saya kopi disini dulu dhe...
Jakarta - Pembaca yang bijak diawal tahun 2010 ini kami ingin menyampaikan bahwa mumpung masih awal tahun semangat untuk lebih maju pasti masih besar demikian juga dengan semangat untuk menjadi lebih kaya pasti juga sangat besar.
Pada artikel kami yang pertama telah kami sampaikan bagaimana menyikapi kondisi agar kita dapat mencapai fase I yaitu kesehatan keuangan. Pada artikel ini juga sekalian kami bahas beberapa pertanyaan terkait dengan arikel kami yang pertama khususnya mengenai hutang yang memang merupakan merupakan 'makhluk' yang dapat berfungsi sebagai 'madu dan racun', berikut adalah paparannya:
1. Bagi mereka yang memiliki pengeluaran 'hanya' sebesar 10% s/d 30% dari penghasilan maka batasan cicilan hutang sebesar 30% menjadi relatif, jawaban tegas dari kami bahwa batasan hutang maksimum sebesar 30% dari penghasilan anda adalah mutlak meskipun pengeluaran 'hanya' sebesar 10% s/d 30%. Berdasarkan survey empiris menyatakan sebuah lembaga keuanganpun tidak akan member kredit kepada seorang debitur jika jumlah cicilan perbulan melebihi 30% s/d 40% dari total penghasilan (kecuali ada rekayasa dari debitur dan kreditur).
2. Untuk mereka yang berada pada poin 'd' maka silahkan anda ikuti saran berikut yakni tetap mencari solusi untuk menyelesaikan hutang secara jangka menengah panjang, sementara jangka pendek anda harus meminta pertolongan dana bantuan bukan pinjaman. Langkah berikut sudah kami paparkan pada artikel yang lalu.
Demikian jika anda sudah menuju untuk berada dalam jalur menuju koridor berhutang yang sehat maka kini saatnya anda melakukan perhitungan akan kebutuhan (bukan keinginan) keuangan anda yang lain. Dapat kami sampaikan bahwa anda perlu memperbesar penghasilan anda namun sebelum itu tercapai maka ada hal yang lebih mudah anda lakukan yakni menekan pengeluaran, mengapa lebih mudah menekan pengeluaran?, karena pengeluaran yang dilakukan adalah sebagian besar sangat bergantung kepada diri anda sendiri, sementara meningkatkan penghasilan sebagian besar sangat bergantung pada pihak lain diluar anda.
Cara yang efektif adalah mulai melakukan pencatatan atas seluruh pengeluaran bulanan (diluar cicilan hutang), lakukan review terhadap 5 (lima) pengeluaran terbesar bulanan anda, lakukan efisiensi atas pengeluaran anda sehingga dapat ditekan besaran pengeluarannya. Setelah anda melakukan pencatatan dan efisiensi pengeluaran, langkah selanjutnya melakukan pencatatan seluruh pembayaran hutang (cicilan + pokok) per bulannya kemudian lakukan penilaian (valuasi) atas penghasilan anda apakah sudah mencapai besaran yang tepat?
Sekedar informasi seluruh pencatatan mohon dilakukan dalam kolom sebelum review dan setelah review dilakukan.
Dalam melakukan valuasi penghasilan anda, ada tahapannya:
1.Tahapan yang buruk (Poor Income Valuation);
2.Tahapan yang wajar (Fair Income Valuation);
3.Tahapan yang ideal (Ideal Income Valuation).
Agar memudahkan, berikut penjelasannya :
1.Tahapan yang buruk (Poor Income Valuation): adalah tahapan dimana kondisi total pengeluaran lebih besar dari penghasilan alias 'Besar Pasak dari pada Tiang', dalam kondisi ini arus kas menjadi defisit atau negatif serta bobot cicilan hutang perbulan diatas 50% dari total penghasilan. Lihat contoh berikut:
Tabel 1: Uraian per bulan Besarnya Bobot vs Pendapatan
Penghasilan Bersih Rp 18.750.000 100%
Pengeluaran (diluar cicilan hutang) Rp 17.500.000 93,33%
Cicilan hutang Rp 9.825.000 52,40%
Total pengeluaran = 2+3 Rp 27.325.000 145,73%
Surplus (defisit) pengeluaran Rp (8.575.000) -45,73%
Surplus (defisit) cicilan hutang Rp (4.200.000) -22,40%
Dalam kasus diatas terlihat bahwa pengeluaran (defisit) Rp 8.575.000.
Pada kasus ini kemungkinan besar untuk menutupi kekurangan maka dilakukan dengan cara menambah hutang melalui kartu kredit. Cara tersebut sangat berbahaya dan tidak dapat dibenarkan. Sebaiknya pada kondisi ini segera minta bantuan dana dari relasi ataupun keluarga dekat.
Kami sangat menyarankan agar dapat melakukan review atas aktifitas usaha kasus diatas, carilah potensi yang besar untuk meningkatkan penghasilan.
2. Tahapan yang wajar (Fair Income Valuation): kembali pada kasus diatas individu atau keluarga tersebut wajib meningkatkan penghasilan, masalahnya adalah berapa penghasilan yang wajar untuk kasus diatas?, berikut adalah formulasi Valuasi Penghasilan Wajar:
Total pengeluaran dalam kondisi defisit / 90%
Mengapa pembagi harus 90%?, hal ini disebabkan karena untuk mencapai zona kebebasan finansial atau anda menjadi lebih kaya maka wajib menyisihkan penghasilan minimal 10% dan ditempatkan pada investasi yang tepat (akan kami bahas di artikel berikutnya).
Sehingga kasus diatas penghasilan menjadi Rp 30.361.111. Atau dalam tabel berikut:
Tabel 2: Valuasi Penghasilan Wajar Besarnya Bobot vs Pendapatan
Pendapatan Bersih Wajar Rp 30.361.111 100%
Dana yang diinvestasikan (wajib) Rp 3.036.111 10%
Pengeluaran (diluar cicilan utang) RP 17.500.000 57,64%
Cicilan utang Rp 9.825.000 32,36%
Total pengeluaran Rp 30.361.111 100%
Surplus (defisit) pengeluaran - 0
Surplus (defisit cicilan utang) Rp (716.667) -2,36%
Dari tabel terlihat bahwa defisit sudah nol dan cicilan hutang menurun dari bobot terhadap penghasilan 52,40% menjadi 32,35%.
3. Tahapan yang ideal (Ideal Income Valuation): pada tahapan ini individu/keluarga tersebut sudah berada pada koridor keuangan yang sehat, yakni sesuai tabel:
Tabel 3: Valuasi Penghasilan Ideal (saat nanti) Besarnya Bobot vs Pendapatan
Pendapatan bersih ideal Rp 50.250.000 100%
Dana yang diinvestasikan (wajib) Rp 5.025.000 10%
Pengeluarn (diluar cicilan utang) Rp 17.500.000 34,83%
Cicilan utang Rp 9.825.000 19,55%
Total Pengeluaran Rp 32.350.000 64,38%
Surplus (defisit) pengeluaran Rp 17.900.000 35,62%
Surplus (defisit) cicilan utang Rp 5.250.000 10,45%
Dana yang diinvestasikan Rp 17.900.000 35,625
Adapun formulasi Valuasi Penghasilan Ideal adalah:
Cicilan hutang perbulan/30% + Pengeluaran (diluar cicilan hutang)
Terlihat bahwa bobot cicilan hutang telah mencapai < 30% yaitu 19,55% serta terjadi surplus sebesar 35,62%.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana saya mendapatkan tambahan penghasilan tersebut?, hal ini dapat dicapai dengan pindah pekerjaan atau melakukan usaha tambahan. Memang bukan merupakan hal yang mudah namun setidaknya anda sudah mengetahui batasan penghasilan yang sehat sesuai dengan kondisi anda.
Sekedar informasi penghasilan dan cicilan hutang yang dimaksud disini adalah dapat merupakan penghasilan dan cicilan hutang gabungan (suami & istri).
Namun sebaliknya secara realistis kita harus siap dan wajib melakukan 'pengetatan ekstra' terhadap pengeluaran jika proyeksi untuk mendapatkan penghasilan tambahan belum nampak.
Tabel berikut adalah contoh sebuah keluarga yang telah melakukan review 'pengetatan ekstra' terhadap pengeluaran dikarenakan proyeksi penghasilan tambahan belum nampak (kasus sama dengan diatas):
Tabel 4: Uraian (Total per Bulan) Besarnya (sblm review) Bobot vs Pendapatan (sblm Review) Besarnya (stlh review) Bobot vs Pendapatan (stlh review)
Penghasilan Bersih Rp 18.750.000 100% Rp 18.750.000 100%
Pengeluaran (diluar cicilan utang) Rp 17.500.000 93,33% Rp 8.925.000 47,60%
Cicilan Utang Rp 9.825.000 52,40% Rp 9.825.000 52,40%
Total Pengeluaran RP 27.325.000 145,73% Rp 18.750.000 100%
Surplus (defisit) pengeluaran (Rp 8.575.000) -45,73% - 0%
Surplus (defisit) cicilan utang (Rp 4.200.000). -22,40% (Rp 4.200.000) -22,40%
Perhatikan pengeluaran diluar cicilan hutang wajib dan harus ditekan sehingga total pengeluaran tidak menjadi defisit. Memang sekali lagi ini adalah hal yang berat dan tidak mudah namun dapat dilakukan dengan semangat dan disiplin yang ekstra tinggi.
Sekarang kita kembali pada keluarga yang telah berhasil mendapatkan tambahan penghasilan, kisaran peningkatan yang berada diantara Penghasilan Wajar hingga Ideal adalah sudah cukup untuk membuat kekayaan anda bertambah, dengan catatan minimal sebanyak 10% dari pendapatan anda per bulan ditempatkan pada investasi bukan spekulasi.
Pembaca yang bijak, apakah beda investasi dan spekulasi? pada artikel berikut akan kami bahas serta bagaimana sebuah keluarga melakukan investasi yang benar dan akurat sehingga masa depan keluarga lebih terjamin, mari kita tunggu.
Taufik Gumulya, CFP(R) CEO dan Financial Planner pada TGRM Perencana Keuangan.
sumber:
http://www.detikfinance.com/read/2010/01/18/072340/1280358/722/yukhitung-ulang-penghasilan-kita
Tuesday, December 29, 2009
The Resolution
Is it too late to make some resolution..?
ugh, It's almost the end of the 2009 and I almost 23, but did not mention any resolution in my life. ckck
I need so many resolution for my life. I realized that I need them when every single mistake I've made. For example, when I eat too much, I promised my self to work out. And every time I faced any kind of delicious delight food, I broke my promised.haha..
Anyway, that's me, always had a big plan, then let it go..haha..I think I just need kinda special moment to be a turning point in my life. Yeah that's so classic to make the new year moment for resolution. Is she gonna do the resolution? is she truly make the resolution or just some fun thing on new year? But, if I dont try, I'llnever know.
And here I am with my resolution:
1. lose 5 kg (I think that's enough)
2. read at least 1 topic of politic news a day
3. read a book a month
4. saving saving saving
5. have an initiative to say thank you and sorry
five are enough for a year..
Sip, let's do it!
ugh, It's almost the end of the 2009 and I almost 23, but did not mention any resolution in my life. ckck
I need so many resolution for my life. I realized that I need them when every single mistake I've made. For example, when I eat too much, I promised my self to work out. And every time I faced any kind of delicious delight food, I broke my promised.haha..
Anyway, that's me, always had a big plan, then let it go..haha..I think I just need kinda special moment to be a turning point in my life. Yeah that's so classic to make the new year moment for resolution. Is she gonna do the resolution? is she truly make the resolution or just some fun thing on new year? But, if I dont try, I'llnever know.
And here I am with my resolution:
1. lose 5 kg (I think that's enough)
2. read at least 1 topic of politic news a day
3. read a book a month
4. saving saving saving
5. have an initiative to say thank you and sorry
five are enough for a year..
Sip, let's do it!
Saturday, December 26, 2009
One Thing about..
Merry xmas everyone!
huff..
in my entire life, I've never did something seriously...
It's always too exciting in the beginning..yes, just in the beginning..hehe..
If I can say in the Economist point of view, it called "Law of Diminishing Return" (owh not again)
okey, its happen almost every part of my life, including the blogging activity.
My last post is about six month ago...
I always said I have no time at all to sit back, relax my mind in front of my laptop and just start typing..
So, through this post, I wanna back to my blogging activity!!...
I know this is the unimportant post..haha
but, enjoy my blog! =P
Tuesday, June 9, 2009
The Power of Second Generation
Second Generation yang gw maksud disini adalah generasi orang tua gw...
Nenek-Kakek gw adalah First Generation,
Papa-Mama adlah second generation,
dan kita2 adalah third generation.....
Kebanyakan dari orang tua kita (yg gw maksud kita adalah orang2 yang berumuran antara 17 - 28 hehe..) hidup pada jaman pasca kemerdekaan, kata org dulu, namanya jaman susah....
Mereka dulu mau sekolah saja susah...belum lagi kalo orang tua kita merupakan anak sulung atau anak yg dijadikan sebagai tulang punggung keluarga...
Dulu nenek kakek kita juga belum semampu orang tua kta di hari ini untuk membiayayi anaknya...
Jadi kalo kita sekarang sekolah udah enak, naik turun mobil (kalo sue naik turun jemputan yg panas) trus gak perlu mikirin uang sekolah, beda ceritanya sama the second generation.
Mereka harus biayain sekolahnya sendiri...pulang pergi naik angkot (paling sue jalan kaki ke sekolah dan pulang sekolah)...lebih sue lagi mereka ada yg tidak bisa meneruskan sekolahnya sampai jenjang tertinggi....semua itu terjadi di jaman susah pasca kemerdekaan itu....
kemudian orang2 yang tergolong dalam second generation ini mulai bekerja (dengan latar belakang pendidikan yang seadanya (kalo sue pekerjaan mereka ini dijadikan pendapatan inti bagi keluarga mereka)....
trus setelah menemukan kekasih hati (cah elahh) mereka menikah...dimana menikah pun menggunakan biaya sendiri, belum lagi beli rumah dan perabotannya....biaya susu bayi kalo udah punya anak, bbiaya ini itu....
dan sue'nya lagi, setelah melangsungkan pesta pernikahan kalo di jaman kita kan dapet angpao yg uang nya bisa digunakan untuk melunasi hutang2 katering, hutang sewa gedung pernikahan, bahkan hutang salon...kalo aman mereka dapetnya perabotan rumah...ckckckckkc....
mending kalo tuh perabotan isinya AC, Kitchen set, Tipi LCD (tp blun ada juga sih)...isinya mah gak gitu penting...antara lain jam dinding2 (sampe berbiji2), tea set(sampe beberapa set dan gak da manfaatnya), seperai, dll,dll.....
sesudah nikah tau2 punya anak (yah kita2 ini), anaknya bandel, udah punya duid mau disekolahin malah tereak2 ogah sekolah.....
udah disekolahin sampe SD, SMP, SMA, kuliah (S2 kalo beruntung) tapi nilai tetep pas2an....punya pacar yang ganteng, langsung minta kawin...hahahahaha....(lebay ahh)...
gak berasa waktu udah berjalan berapa puluh tahun...anak mereka pun tak kunjung sukses (amit2)....kembali mereka harus men-support keuangan anak mereka untuk biaya pernikahan (untung yg ini dapetnya angpao)...biaya DP rumah (kalo lagi sue anaknya dibeliiin rumah sampe lunas)....
trus begitu sampe mereka tua...the second generation is the most powerfull generation, beter than ours...
akhir kata:
ini hanyalah segelintir cuap2 gw, yang mungkin hanya sesuai hanya dengan kehidupan segelintir orang di Jakarta (Indonesia) ...
Moral of the story:
be the powerfull third generation!!
be inspired instead of be spoiled..=P
Nenek-Kakek gw adalah First Generation,
Papa-Mama adlah second generation,
dan kita2 adalah third generation.....
Kebanyakan dari orang tua kita (yg gw maksud kita adalah orang2 yang berumuran antara 17 - 28 hehe..) hidup pada jaman pasca kemerdekaan, kata org dulu, namanya jaman susah....
Mereka dulu mau sekolah saja susah...belum lagi kalo orang tua kita merupakan anak sulung atau anak yg dijadikan sebagai tulang punggung keluarga...
Dulu nenek kakek kita juga belum semampu orang tua kta di hari ini untuk membiayayi anaknya...
Jadi kalo kita sekarang sekolah udah enak, naik turun mobil (kalo sue naik turun jemputan yg panas) trus gak perlu mikirin uang sekolah, beda ceritanya sama the second generation.
Mereka harus biayain sekolahnya sendiri...pulang pergi naik angkot (paling sue jalan kaki ke sekolah dan pulang sekolah)...lebih sue lagi mereka ada yg tidak bisa meneruskan sekolahnya sampai jenjang tertinggi....semua itu terjadi di jaman susah pasca kemerdekaan itu....
kemudian orang2 yang tergolong dalam second generation ini mulai bekerja (dengan latar belakang pendidikan yang seadanya (kalo sue pekerjaan mereka ini dijadikan pendapatan inti bagi keluarga mereka)....
trus setelah menemukan kekasih hati (cah elahh) mereka menikah...dimana menikah pun menggunakan biaya sendiri, belum lagi beli rumah dan perabotannya....biaya susu bayi kalo udah punya anak, bbiaya ini itu....
dan sue'nya lagi, setelah melangsungkan pesta pernikahan kalo di jaman kita kan dapet angpao yg uang nya bisa digunakan untuk melunasi hutang2 katering, hutang sewa gedung pernikahan, bahkan hutang salon...kalo aman mereka dapetnya perabotan rumah...ckckckckkc....
mending kalo tuh perabotan isinya AC, Kitchen set, Tipi LCD (tp blun ada juga sih)...isinya mah gak gitu penting...antara lain jam dinding2 (sampe berbiji2), tea set(sampe beberapa set dan gak da manfaatnya), seperai, dll,dll.....
sesudah nikah tau2 punya anak (yah kita2 ini), anaknya bandel, udah punya duid mau disekolahin malah tereak2 ogah sekolah.....
udah disekolahin sampe SD, SMP, SMA, kuliah (S2 kalo beruntung) tapi nilai tetep pas2an....punya pacar yang ganteng, langsung minta kawin...hahahahaha....(lebay ahh)...
gak berasa waktu udah berjalan berapa puluh tahun...anak mereka pun tak kunjung sukses (amit2)....kembali mereka harus men-support keuangan anak mereka untuk biaya pernikahan (untung yg ini dapetnya angpao)...biaya DP rumah (kalo lagi sue anaknya dibeliiin rumah sampe lunas)....
trus begitu sampe mereka tua...the second generation is the most powerfull generation, beter than ours...
akhir kata:
ini hanyalah segelintir cuap2 gw, yang mungkin hanya sesuai hanya dengan kehidupan segelintir orang di Jakarta (Indonesia) ...
Moral of the story:
be the powerfull third generation!!
be inspired instead of be spoiled..=P
Saturday, May 16, 2009
Menjadi Orang lain dalam sehari...
Seandainya gw bisa menjadi seseorang dalam sehari....
dengan catatan gw menjadi orang tersebut dengan segala sifat dan perasaan yang dia punya namun dengan kesadaran sebagai gw sendiri (walau gw tau itu gak mungkin)...
Pertama gw mau menjadi Mama gw..
Mungkin ceritanya akan seperti ini:
Di pagi hari subuh gw sudah bangun dengan perasaan senang mau memasak untuk hari ini...Masakan itu nantinya akan dibawa oleh kedua orang anak gw Ady dan Windy serta Aurel ke kantor..sambil memasak sambil memikirkan betapa nanti anak2 gw merasa kekenyakan dan doyan akan makanan gw...sesudah itu masak msakan pagi untuk sarapan suami dan anak, semuanya dengan persaan senag...
Tapi jadi sedih pas ternyata saat mereka bangun dan makan Pagi, salah satu dari mereka berkata : ahh makanan Mama gak enak, kurang asin, kurang empuk..dll dll...tapi gw tetep harus bisa menutupinya...
Kemudian merasakan jadi Papa...
Mungkin ceritanya akan seperti ini:
aduuhh malas sekali ini bekerja... tapi demi membiayai urusan rumah tangga yah mau tidak mau...Si Windy lama banget lagi mandinya, telat ini nanti saya ke kantornya..(NB: gw ke kentor selalu bareng bokap) hehe...yah sudahlah gapap mungkin karena dia habis pulag malam jadi bangun sedikit kesiangan...
Kemudian gw mau jadi Pacar saya:
Muangkin akan seperti ini:
trrt...trrt...."1 new message"
Nto, jangan main futsal terus...
aduuuhhh...si Windy nih, gimana yah lagi main futsal lagi...gawat2 gak bisa boong...yahh dimarahin deh abis ini...kumaha yahh...
*hehehehhe*
Satu hari menjadi atasan gw:
Muangkin akan seperti ini:
aduuhhh gak bisa pulang cepet...rese2...
eh tuh si Windy nyamperin
W : " saya boleh ijin pulang jam 7 gak? soalnya mau ke dokter...
A : ...(hening) heh? mau pulang jam segini?? apa2an?? (berbicara dalam hati)
A : yah udah mau gimana lagi...
ahh sial...udah ah beres2 juga...trus nyamperin staff lain..."eh udah yahh gw pulang dl" haha...
Satu hari menjadi teman yang populer di sekolah...
Satu hari menjadi orang terkaya di Sekolah...
Satu hari menjadi seorang public figure...
Satu hari menjadi Pembantu RUmah tangga gw...
Satu hari menjadi pengemis.....
Satu hari menjadi Pemulung....
Selalu ingin tahu kegiatan orang..
Selalu ingin menjadi orang lain...
Selalu tidak puas dengan diri sendiri....
Selalu ingin ini dan ingin itu...
Yah, namanya juga Manusia...................
Monday, April 13, 2009
The Next Story
Enam bulan setelah berselang dari cerita sebelumnya...
Sekarang gw sudah menjadi pegawai permanen di perusahaan tersebut, akhirnya gw merasakan dunia kerja seorang akuntan...mulai dari kerja biasa, sampai jam kerja yang kelewatan, sabtu minggu masuk, pulang setiap hari jam 12...bahkan sampai jam 5 pagi...
tapi akhirnya sekarang sudah mulai melunak, jam kerja sudah kembali seperti biasa...
Banyak orang yang mendukung pekerjaan gw, menyemangati pekerjaan gw, dan guess what, sekarang gw sudah mulai enjoy bekerja sebagai seorang auditor...tapi satu beban yang masih mengganjal di hati gw...adalah salah satu orang yang gw sayangi, dia gak suka gw bekerja sebagai auditor...entah karena apa, namuan alasana yang keluar dari mulut dia adalah bahwa jam kerja gw yang tidak fleksible...apa iyah?
karena sekarang2 ini jam kerja gw sudah mulai fleksibel dan gw sudah mulai bisa mengatur waktu untuk dia, untuk org2 lain. untuk teman, dll....
sampai saat ini gw masih membiarkan masalah itu menggantung, gw gak tau gimana menyelesaikannya...disatu sisi gw suka pekerjaan ini, di sisi lain, gw bingung knapa dia bener2 gak bisa support dengan pekerjaan gw...
duno, It's life...what am I should do is enjoy, relax, and go through it...
Subscribe to:
Posts (Atom)