Sunday, October 6, 2019

TTC Journey - Season 5: Prelude

Sesuai janji Jonii.. Saya akan cerita detail yahh

Kali ini prelude itu sebelum process IVF berjalan - yaitu suka duka manusia kepo. 

Seperti yang saya bilang kemarin, karena rasa keingintahuan saya begitu tergelitik mengenai "unexplained infertility" (sok banget). Karena kayanya aneh ajah ada sesuatu yang tak terjawab.. biasanya semua ada jawabannya. Film Drakor pun tamat dengan penyelesaian hahah (apasih). 

Anyway, suatu hari secara nggak sengaja saya melihat positng foodblogger yang melakukan IVF dan berbagi mengenai kekentalan darah. Kekentalah darah adalah salah satu hal yang belum pernah saya cek selama 5 tahun berkutat dengan reproduksi. Saya juga nggak kepikiran ada hal lain yang bisa menghambat reproduksi. Dan dokter yang saya kunjungi semuanya adalah OB bukan Hematolog juga. Ternyata setelah mulai research dan tanya2, kekentalan darah itu lumayan common sebagai penyebab infertility. 

Akhirnya saya memberanikan diri untuk mulai test kekentalan (dan apapun yang berhubungan dengan darah) di bulan Mar19. sejauh hasil research saya, ada 3 dokter hematolog terkenal di Jakarta: Prof Aru, dok Nandang, dan Prof Karmel. Dari ketiga ini, prof karmel yang punya jejak di keluarga MT. So, saya mau coba ke Prof Karmel. Ternyata, sialnya saya, Prof karmel terserang Stroke ringan pada saat itu, dan beliau cuti proktek hingga hampir 2 bulan. Karena saya memang berencana IVF di bulan May, maka nggak ada cukup waktu buat saya. Setelah tanya2 ke RS Cikini (tempat prof karmel praktek), mereka merekomendasikan dokter Rebekka, yang dahulu adalah asst.prof karmel. 

Akhirnya saya ke dok Rebekka, dengan alasan vertigo dan kurang darah (supaya di cover assuransi). Dok Rebekka menyarankan untuk test lab hematologi lengkap-kap-kap. lengkap banget sampe menghabiskan porsi asuransi saya. kalau nggak salah pada saat itu total nya sudah mencapai 6 juta. (Iyah asuransi dari kantor saya memang sepitik...sedih..)

Dari test lengkap tersebut, ada beberapa diagnosa baru yang terngkap (halah udah ky NCIS!): 
1. Protein S deficiency (score: 45% seharusnya 59.8% - ini tiap org berbeda2 yah)
2. Anti Phuspholipid Syndrome (APS - bahasa kerennya kekentalan darah) (score ACA IgM: Indeterminate)
3. Fe (Feritin) deficiency (Score: 42). 

Akhirnya dok rebekka menyarankan untuk infus feritin dulu 2 hari, sehingga score meningkat. Disini saya lakukan dan saya menyesal dan sangat menyayangkan. Score Fe saya itu 42, memang rendah. Tapi range dari lab itu 13-150. Artinya saya masih di batas normal. Karena keterburu-buruan saya, saya tidak ambil pusing dan langsung infus. Setelah infus Fe saya melonjak jadi 400 - malah melebihi batas. Setelah ini, kembali rasa keingintahuan saya tergelitik. Atas saran seorang teman, saya mencoba cari 2nd opt ke Hematolog lain. Akhirnya saya pergi ke dr. Noorwaty di RSPI puri indah. Beliau malah terkejut kenapa sampe harus infus Fe. Karena banyak juga orang yg sudah hamil dengan Fe rendah, hanya diresepin: makan daging. bukan infus Fe. Saya benar2 kecewa dengan diagnosa dokter saat itu. Karena infus Fe sendiri sudah menghabiskan uang yang cukup dalam, walaupun saya pakai asuransi, tetap saja hal yang tidak perlu malah memperparah kondisi. 

Atas rujukan dr. Noorwaty, saya kembali berobat hematolog di MMC, dengan dr. Lugyanti Sukrisna. Dok nya masih cukup muda (mungkin mid 40) dan sangat amat ramah dan informatif. Doc Lugy nggak pernah meresepkan apapun, beliau hanya bilang makan sehat, olahraga teratur. Dari sini saya berkesimpulan bahwa dok ini tidak komersial. Saya sangat merekomndasikan dok Lugy. 

Long story short, dengan melihat semua hasil-hasil test darah saya, doc Lugy sudah yakin benar bahwa pada saatnya nanti saya harus suntik Lovenox (pengencer darah) saat mulai IVF. Ok doc! noted. Doc Lugy hanya menyarankan test berkelanjutan untuk mengetahui apakah benar saya ada APS (salah satu autoimun) dan apakah ada autoimun bawaan lainnya. Thanks God dari hasil yang ada ternyata saya tidak sampai APS dan tidak ada autoimun bawaan. Oh akhirnya untuk Fe dr. Lugy pun menyarankan untuk test ulang. Thanks God, hasilnya sudah turun jauh (karena saya banyak minum untuk membantu penurunan Fe). 

Selanjutnya Doc Lugy menyarankan utnuk kembali ke beliau pada saat setelah ET  (embryo Transfer). sekitar 2 bulan setelah ET, saya kembali konsultasi ke doc Lugy. hasil terakhir test darah saya, ACA sudah turun jauh ke angka normal. Protein S pun sudah normal. Akhirnya saya menjadi orang yang hanya "memiliki bakat" kekentalan darah. yeayy! 

Semua proses hematolog ini juga saya sharing ke Apol. Apol memang akhirnya menyarankan suntik Lovenox setelah diketahui d-dimer saya tinggi setelah ET. Fyi, lovenox ini 1x suntik harganya kisaran 217 - 260 rb (tergantung beli di RS mana; di RSIA Bunda: 260an; di RSIA Family: 217; di RS MMC: 219). Suntik selama kehamilan 1x/hari.. kebayang kan saya harus merogoh kocek berapa lagi sampai 9 bulan. hehe. makanya saya menjadi lebih pelit akhir2 ini. Sebenarnya beli di distributor langsung bisa dan harganya bisa 180rb. Tapi MT agak takut kalau2 barangnya tidak asli. Yah sudah, saya manut ae.. semua demi kebaikan si dodot. 

Cerita sedikit soal suntik Lovenox.. Jadi, suntik Lovenox ini memang disarankan oleh Apol. Tapi sebagai OB dan di RS infertility, mereka tidak begitu mengerti how to inject this thing to your body. Alhasil awal2 kehamilan, perut saya biru semua. biru benar2 biru ky org habis kepentok. ini karena suntiknya mengenai pembuluh darah dan bocor. Saat konsul kembali ke Doc Lugy, beliau terkejut! katanya kebiru2an ini malah bisa meningkatkan d-dimer saya. sayapun terkejut! Akhirnya saya diajarkan cara suntik yang benar oleh sus nya. Suntiknya harus 3 hari dari pusar (ke arah kiri dan kanan). dan HARUS dicubit.. jadi semakin besar, harus cari lokasi yang bisa dicubit. Sekarang biru-biru saya jadi jauh lebih sedikit. oyah BTW, yang suntik MT loh! hehehe. 

Nah, setelah tm (trimester)1 selesai, saya sangat berharap untuk menghentikan suntikan lovenox. namun nampaknya tidak ada dokter yang berani ambil resiko. Bertanya ke Doc Lugy, beliau menyerahkan ke Apol. Bertanya ke Apol, beliau masih gamang. Tapi akhirnya saya dan MT pasrah, walaupun suntiknya sakit, dan harganya mahal. Ini semua demi kebaikan si Dodot. Jadi kalaupun memang harus suntik sampai full term saya terima. Doc mungkin nggak mau ambil resiko karena ini IVF (harganya sendiri sudah kepalang mahal) dan kami sudah TTC selama 5 tahun.. pasti harapannya sudah besar. 

Anyway, sampai tulisan ini diturunkan (halah! udah macam liputan 6 petang) saya masih rajin suntik Lovenox 0.4mg setiap hari. yg suntuk MT. karena kalau panggil sus kerumah, ada biaya tambahan lagi dan kami menghindari itu. MT sudah sangat canggih dalam hal suntik menyuntik karena sekarang makin jarang biru2. Kenapa nggak suntik sendiri? karena saya takut sakit. haha! sakitnya itu bukan saat jarumnya masuk, tapi saat obatnya masuk. Rasanya seperti disayat! bener deh gak bohong. hahaha!

Oyah, update untuk usaha menghentikan suntikan lovenox. Jadi kemarin kami baru melakukan 4d. Dan ternyata juga di cek aliran darah ibu menuju rahim. Ternyata menurut doc 4d. aliran darahnya sedikit tersendat (syok!) atau bahasa kedokterannya, terdapat notching.. tapi untungnya si Dodot sudah dapat asupan maksimal karena berat dan ukuran sesuai usia (bahkan lebih 1 minggu hehe). Kamipun semakin yakin dan mantap untuk tetap melakukan suntik sampai 9 bulan. Ok doc!

Yah demikian suka duka kami yang melakukan TTC dengan berkecendurangan kental darah. Semuanya kami jalani dengan nikmat. karena semua berkat dari Tuhan sudah lebih dari kata cukup. 

Buat teman-teman yang baca dan kebetulan punya case serupa! semangat! mari kita saling menyemangati :D

ciao bravo!

Saturday, October 5, 2019

TTC Journey - Season 5: The last weapon

Haiii

Setelah lama buanget nggak nulis blog..
Apakah ada yg menanti tulisan saya? tentu tidak. (sedih amat)

Dinanti ataupun tidak, saya akan tetap menulis. :D

Di postingan sebelum-sebelumnya (lupa yang mana), nampaknya saya pernah bilang my weapons in TTC journey is IUI and IVF. Well, I did not get lucky with the IUI, then I came out with the very last and the big one: IVF.

Sebenarnya setelah IUI yang gagal, dokter menyarankan untuk mencoba lagi. Tapi, kalo dibayangkan secara logika, IUI itu memang kemungkinannya kecil. Bukan seperti IVF yang sudah pasti dilakukan pembuahan diluar kandungan. Sebenarnya kalo menurut common practice nya para dokter-dokter, coba IUI 3x, kalo masih gagal, baru beranjak ke IVF. Tapi mnurut saya.. 1x IUI = 15 juta.. 3x IUI: 45 juta.. udah setengah jalannya IVF. Itu pertama. Kedua, 1x 2ww dalam 1 sikulus IUI udah makan hati.. apalagi harus dikali 3.. yah kalo IUI kedua bisa berhasil.. since kemungkinannya kecil, kan jadinya juga gimana yahh... mau percaya dan yakin akan berhasil, tapi kok logika berkata lain..

Yah intinya, percobaan TTC (bagaimanapun juga) itu makan hati. apalagi setiap liat hasil TP yang BFN.. siapa setuju??

Singkat cerita, setelah bonusan (nunggu bonus donk, krn kami keluarga berencana haha!), kami memutuskan untuk mulai siklus IVF. Alasan utama IVF: sebenernya dari sisi saya (saya nggak tau dari sisi MT yah.. mungkin harus ditanya sendiri). Saya sudah agak lelah 5 tahun sudah trial and always error. Saya sudah cukup lelah mencari "why?" semuanya tidak terjelaskan (aka unexplained infertility). Atau bisa dibilang juga, I cut my journey short. lagian saya sudah 32, MT juga sudah 32.. kayaknya sudah deh, sudah cukup mapan untuk (jika dijinkan Tuhan) punya keturunan.

Di posting kali ini, saya cerita broad picture nya dulu yah.. nanti detail biaya dan process IVF menyusul di posting2 selanjutnya.

Saya akhirnya melakukan IVF dengan dokter Arie (kalo teman2 baca posting saya dari jaman baheula, pasti udah pernah dengar nama dr. Arie Polim (mari kita singkat menjadi Apol - mohon maap dok, karena saya malas ketik..). Kenapa balik ke Apol? mungkin istilah org pacaran: CLBK sama Apol :) Jadi sebelum saya memutuskan IVF, saya punya seorang teman dekat yang juga IVF dengan Apol dan berhasil. Kemudian, seorang teman kantor juga berkata kalau saudaranya IVF dengan Apol dan berhasil, Dan ada beberapa rentetan cerita IVF dengan Apol dan berhasil. Akhirnya, dengan mata berbinar-binar bak melihat secercah cahaya matahari pagi (lebay banget sumpah), saya melihat adanya harapan di tangan dingin sang dokter. Apol, ku jatuh hati lagi padamu (hehehe!).

Concurrently, (saya lupa saya pernah cerita nggak yah) karena saya orangnya cukup penasaran dengan "unexplained infertility" (padahal udah unxplained, harusnya yah udah).. tapi kan nggak mungkin nggak ada alasan untuk apapun di dunia ini. haha! Akhirnya saya kepo ke dokter hematolog juga. Dari sini, saya di diagnosis "kecenderungan hyper agregasi, ACA positive" Ini apa? (nanti yah posting terpisah - sorry kalo nggak soalnya jd panjang buanget). Dengan berbekal kekepoan dan hasil2 test darah ini, intinya hematolog menyarankan agar (jika) saya mau program, saya harus suntik Lovenox yang aduhayy (baik harga, dan perasaan).

Long story short. tanggal 2May19 saya balik ke Apol di hari kedua AF (Aunt Flo - Haid) tiba. Apol udah nggak inget kalo saya pernah ke dia 3 tahun yang lalu. Ya eayaalaaahhh menurut ngana?! Pasien doi kan segambreng yak.. haha.. lalu, eh lagi ada promo paket Morula! langsunglah saya bersegera ikut mendaftar. All in all, dari biaya normal yang seharusnya bertotal 90-an juta. Saya bisa menghemat sekita 20 juta untuk siklus kali ini (Morula kucinta kamu!).

Selama program berlangsung, sungguh-sungguh diberkati Tuhan. Mengapa? karena semuanya dilancarkan. Total telur yang terambil: 24 (iyah banyak, karena memang saya punya kecenderungan PCO). Dari 24 hanya terbuahi 17 dan jadi embryo dengan kualitas good 8. Transfer Embryo hanya 1. Kenapa? karena kalau 2 dan 22nya jadi, saya terlalu takut untuk hamil kembar. Anyway, saran dari Morula juga hanya 1 embryo transfer karena makanan dan lain2 akan terfokus untuk 1 baby.

2ww dijalankan dengan ridho (bukan dengan ridho roma yah gaes). Kalo kata mama saya, direlakan saja, kalau memang sudah kehendak Tuhan, semuanya juga akan terjadi. Oyah, karena saya punya 24 telur, maka saya sangat rentan terkena OHSS (silahkan di google dulu, mohon maap malas jelasin nyehehe). OHSS sangat menyeksa. Tidur salah, bangun salah, jalan tegak sakit. OHSS berlangsung selama 4 minggu (kurleb). selama OHSS obatnya katanya high protein. thanks to mama yang selalu buatin sari ikan gabus dan selalu kirim kerumah, akhirnya OHSS bisa lewat sigh.

Setelah embryo transfer, saya mengingatkan Apol kalo saya punya kecenderungan hyperagregasi dan ACA positif (ingat: pasien Apol banyak banget, gak mungkin dia ingat case by case pasien satu satu, maka jadi pasien juga harus inisiatif mecari, dan mengingatkan dokter). Akhirnya setelah ET dokter menyuruh test Ddimer (salah satu test kekentalan darah). Bener ajah donk. Ddimer normal itu kurang dari 400 nano per mg.. ddimer saya 2.400 nano per mg..

2ww lewat dengan hasil yang menyenangkan. BFP big fat positive. ketauannya dari hasil test bHCG - aka test darah. Tapi sebagai wanita centil saya tetep beli test pack, karena kalo hamil itu nggak afdol rasanya nggak pake test pack haha! Dont blame me, saya sudah jengah melihat test pack 1 garis selama 5 tahun, boleh donk saya mau liahat test pack 2 garis.. :D

sampai tulisan ini diturunkan, si fetus (si dodot, begitu kami menyebutnya  hehe!) masih berumur 23w dalam kandungan, dengan kelebihan berat badan: 62 gr hehehe.. mamak banyak makan, anak sehat. Masih perlu banyak berdoa, masih panjang perjalanan (bantu doa yah teman2).

Anyway, sekian sharing IVF saya - secara garis besar dulu yahh karena ngantuk dan sudah harus jam suntik lovenox :( Janji deh bakal cerita lengkap selengkap2nya dengan total biaya, biar ibu2 yang lagi mau TTC juga dapat pencerahan.

Doa saya buat semua TTC survivor, semoga kalian bisa iklhas menjalani semua process nya yahh. apapun hasilnya, adalah anugrah Tuhan yang maha besar.

Buat teman-teman yang punya teman sedang TTC, mohon dukung teman-temannya, karena support system is the best key buat survive. Jangan malah dikecilkan hatinya. :)

Sharing for caring, semoga sharing saya bisa menambah semangat teman2 yang baca dan lagi TTC!
Best wishes for us all! :)

Tuesday, November 20, 2018

TTC Journey - Season 4: The Big Fat Result

Here we go after 2 weeks wait..

And the result is.......
*drum rolled* 

Big Fat Negative!

Yah basi deh postingan kali ini haha. Anyway, saya tetep mau posting dan cerita kok. Terutama soal ngapain ajah saya selama two weeks wait. Sebelum baca lanjutan blog saya yang biasanya tidak berfaedah ini, ada baiknya saya kasih link dulu. Coba deh baca dulu link ini..mungkin akan lebih berfaedah hahah..

Udah baca stage nya? Ini orang yang bikin artikel kayaknya udah khatam banget sama yg namanya two weeks wait. Nah, apa ajah yang saya lakukan di tww saya adalah sama persis sama stage yang ada di artikel itu. Tapi saya stop sampe stage 5. 

Sebenernya kalo IUI, itu nggak bener2 tww sihh.. bisa dibilang 17-18 hari. Karena dokter menyuruh saya test di hari ke 17 dengan catatan kalau tidak mens. Dan di hari ke 16 (malam) Aunt Flo is comin' babe! hahaha. Despo? no. Karena di hari ke 14 saya sudah TP dan hasilnya BFN. jadi breakdown moment nya sudah lewat. Hey Hellow Aunt Flo! 

Okeh, ceritanya mulai secara kronologis yahh..

Abis IUI, kebetulan saya cuti 3 hari. Tidur2an bobo2an ajah dirumah. Dan yang paling enak, I can bossing around like a Princess! haha. Di 3 hari itu hidup saya dilayani sama mama (love u mama!) yang dateng tiap hari bawain makanan, masakin makanan haha!. Si MT juga jadi korban (i.e. tutup buka pager carport sendiri, dimitain ambil minum dll) nyehehehe (ketawa setan penuh arti). 

3 hari dihabiskan dirumah, sebenarnya saya bosan. Padahal udah stock novel, film serian, bahkan FTV ajah saya tonton saking bosan2nya dirumah. Satu lagi yang super intens saya lakukan saat 3 hari cuti: Google intensively. Sama persis sama yang ada di artikel itu : baca forum2 IUI dari dalam negri sampe mancanegara. haha! 

Kemudian masuk kekantor di hari berikutnya, tau2 kerjaan menumpuk. Yah mau gak mau diberes2in dengan sabar dan sebisa mungkin tidak stress. Tapi, apa bisa? haha Karena ada kerjaan, Google pun sudah terlupakan. Sejak masuk kantor, saya sudah berhenti google2 soal IUI dan kapan orang2 pada melakukan TP after IUI. So, ada bagusnya juga sih masuk kantor, jadinya ada distraksi (is that even a word??) haha!

Fast forward ke 14dpIUI (14 days passed IUI). Abis TP pagi2, udah menyiapkan mental: kalo negative, yah memang belum saatnya. Anyway, saya agak yakin hasilnya negative karena bantuan Fitbit (promo dikit). Jadi sebelum IUI, saya akhirnya beli Fitbit Alta HR, yang bisa mengukur Resting Heart Rate (RHR) di tiap hari nya. Saya ketemu di beberapa forum, kalau wanita hamil itu RHR nya meningkat sampat 15% dan terus stabil tanpa turun sampai kehamilan 3 bulan. Singkat cerita, RHR ini fungsinya sedikit mirip sama ukuran suhu basal tubuh. Kalo para TTC warrior pasti ngerti kan kalo pas Ovulasi pasti suhu basal drop dulu baru ovulasi, naik lagi. Begitu juga pas mau mens, suhu basal pasti rendah banget. RHR sama persis grafiknya seperti itu, tanpa repot2 harus beli alat ukur ovulasi kann (#promo). 

Nah, RHR saya sudah turun di sekitar 10dpIUI. Jadi, saya berkesimpulan sudah kayaknya gagal. 

Tapi yah namanya manusia, tetep ajah berharap ada miracle haha! Jadi tetep ajah di test tuh 14dpIUI. Yah keluarnya kan BFN yah. tapi sudah persiapan mental sebenernya.

Breakdown moment? Ada lah pasti yah.. namanya juga usaha, pasti menaruh harapan juga kan. Tapi abis breakdown nggak boleh menyerah kan? Seorang teman sekantor saya bilang: kalo lo mau coba IUI, jangan sekali-sekali gagal trus nyerah. Lo harus kuat mental dan put commitment. Jadi IUI bukan cara yang 100% akan berhasil dalam one shot, tapi kalo bbrp kali, chance berhasilnya (konon katanya) lebih besar. 

Jadi, next apalagi dari saya? Saya pun belum tau sih.. tergantung rejeki, tergantung hasil konsultasi dokter (dokternya lagi liburan 1.5 bulan asik banget yak). Selanjutnya apakah IUI lagi, apakah ke IVF. saya dan MT pun belum memutuskan. In the meantime, 1) usaha secara normal #hasek 2) olahraga teratur (pastinya dibantu oleh Fitbit - promosi), 3) jaga makan, 4) tetap berdoa. Udah itu dulu deh. Jangan kebanyakan, nanti saya bingung jalaninnya. haha #IQjongkok 

Oke, buat teman2 on the same boat yang kebetulan baca, tetap semangat yah girls! Apapun hasilnya, yang penting percaya ajah proses yang kita lalui pasti memberi pelajaran hidup berharga. Nantinya kalo di fast forward ke 10 mungkin 20 tahun mendatang, akan menjadi "hanya kisah lama". Tinggal kita yang pilih, mau jadi "kisah manis" atau "kisah pahit". Tetap Semangat!

Sunday, November 4, 2018

TTC Journey - Season 4: The First Bullet

Males banget rasanya melanjutkan blog cerita soal alan-alan ke Jepang. haha

Gapapa yah gak usah dilanjutin. Udah banyak ini yang cerita soal alan2 kesana. Sayapun bukan expert blogger soal jalan2 hahah (blogger ngasal).

Enakan cerita hal baru ajah. Hal yang selalu jadi bahan google buat buibu yang lagi dalam proses TTC seperti saya. hehe.

Okei, sebelum mulai ke topik, saya mau intermezzo dulu soal apa yang terjadi setahun belakangan.

Terakhir saya post disini adalah mengenai Traditional (tusuk jarum) way untuk TTC. itu kira2 tahun lalu persis yah..trus posting TTC saya menghilang. hehe. Karena Blogger nya malas (suka-suka blogger donk!) dan sibuk kerja (kerjaan: daydreamer).

Jadi di penutupan tahun 2017, saya sempat ke satu dokter, namanya Dr. Judi Endjun di Hermina Jatinegara. Saya ke beliau atas saran seorang teman yang berhasil TTC sama beliau. Pertama kali ke beliau kesan yang saya dapat: 1) dokternya baik banget, 2) dokternya teliti banget, 3) konsultasinya murah (halfprice dari BIC Menteng). Tapi the MAIN downside nya adalah: Jauuuuhhh banget minta ampuuunnn... Jatinegara pula Broo... macet parah.. saya pernah dr rumah kesana makan waktu 2 jam lebih. BYE.

Saya kira2 sudah 3-4x kesana. Sama Pak Dokter saya disuruh papsmear (dan dokternya super teliti soal papsmear ini bro). Kemudian, disuruh test lab: 1) servical mucus, 2) test lab air yang dipakai dirumah, 3) Test SA. Saat test servical mucus, dokter menemukan adanya bakteri, jadi diobatin dulu deh. Saya dikasih antibiotik yang menurut saya lumayan keras sampai bikin mencret2 selama 1 minggu. Sudah beres dengan hal ini, saya tidak kesana lagiii haha.. karena lelah dan super jauh.

OK next.
Awal tahun 2018 mendadak jalan-jalan dulu ke Jepang, dan stop TTC. Sayapun sempat pindah kantor, dan selama masa probation, saya tidak TTC dulu juga. Akhirnya baru deh di bulan October, mulai lagi TTC (lamaa yahh absen nya).

Sesuai judulnya, "The First Bullet" - ini artinya senjata pertama saya untuk TTC. Setelah lelah TTC normal cycle yang tak kunjung berhasil. Dan juga karena sudah menginjak kepala 3, sudahlah saya bilang sama MT, sudah saatnya ikutan "Assisted Reproductive". First Step: Intra Urine Insemination atau bahasa kerennya "IUI".

Pilih-pilih dokter.
Oyah di awal tahun 2018 saya sempat ke dr. Aryando Pradana (salah satu dokter ganteng di BIC #eh). Hal ini untuk sekedar pengecekan biasa ajah. kebetulan saya datang di H+13. Dan dokter bilang "ibu nampaknya ada bakat PCO" #jeng! tolong kurangin makan nasi putih dan gula, tapi nasi merah nggak apa2. Ok, siap Dok!

Jadi saat IUI, saya balik lagi ke dr. Nando (panggilan beken nya). Kenapa nggak balik ke Dr. Arie? kan sama2 di BIC. Sebenar2nya adalah karena "tidak enak". Dulu saya pernah ke Dr. Arie, and we bailed on him karena belum mau disuruh IUI pada tahun 2016 (anak nakal). Sebenernya dokternya juga pasti lupa lah yah.. secara buanyak buanged pasien BIC. Anyway, karena denger2 dr. nando juga bagus, akhirnya kami memutuskan ke dokter muda nan ganteng ini #eh.

Soo.. di pertengahan oktober yang cerah, burung2 berkicau, dan sama ke dokter (apasih). Pas di hari H+2, pake acara drama dulu sama admin nya BIC karena ternyata nama saya tidak terdaftar, dan saya marah2. Akhirnya bisa langsung masuk pas jam makan siang. Yey! Makasih Pak Dokter!

H+2, seperti biasa, di transv. dan hasilnya kata dokter baik2 saja, semua normal, siap dikasih obat stimulasi. cikal bakal telur sudah terlihat (kata dokter - yg saya liat cuma burem2 abu2 di layar USG). Saya dikasih obat: Femaplex 2x1 (selama 5 hari) dan dilanjutkan dengan suntikan Gonal F @75iu (selama 4hari setelahnya). Dikasih Femaplex sama PakDok karena dulu dikasih Femara sama Dr. Arie dan belum berhasil (ada di catatan history nya BIC). So coba ganti obat (kata PakDok).

H+11, setelah habis makan Femaplex dan habis suntik, saya kembali konsul ke dokter. Dicek telurnya sudah berapa banyak, dan berapa besar. Kalau besar telurnya sudah cukup, langsung lanjut suntuk Ovidrel a.k.a. stimulasi untuk ovulasi, dan besoknya akan IUI. Ternyata hasilnya: telur ada 8 (buset udah kaya mau IVF), kiri 4, kanan 4. Semuanya besarannya baru kira2 baru 15-17 mm. Sepersekian detik mendengar berita ini, saya senang karena kan banyak telur artinya bagus bukan yah? hahahaha udah ky ayam petelur. Ternyata PakDok nya concern - karena sebenarnya ada resiko kehamilan multiple (bisa 3, bisa 4, bisa 5 - jadi inget vaerity show Outdaughtered di TLC). Ok, ternyata ini serius. Ternyata saya overstimulate (aduh saya emank anaknya sensitif, gampang terstimulasi #apasih). Anyway, Dokter bilang gini: Ibu diskusi ajah dulu sama bapak (kebetulan si MT nggak ikut konsul kali ini) apakah mau di drop IUI cycle kali ini atau mau dilanjutkan. (ngeri gak sih denger begini hahaha). Kalau dilanjutkan, saya kasih suntik Gonal F @75iu 2x lagi, karena besaran telurnya belum cukup.

Dokternya pun menjelaskan kalau potensi keberhasilan IUI itu 20%. Dan potensi multiple pregnancy untuk IUI dengan telur banyak juga 20%. Otak sayapun berfikir secara cepat (untuk lg cenghar), brarti kemungkinan IUI berhasil dengan multiple pregnancy kan cuman 20% x 20% yakk.. cuman 4%. Akhirnya tlp sama MT, dan kita putuskan lanjuttt!! Happy go lucky ajahlahh..

H+13, setelah 2x tambahan suntik Gonal F, sayapun kembali lagi ke dokter. Kali ini digantikan dengan Dr. Merry, karena hari minggu dr.nando nggak praktek. Oyah, sebelumnya, saya tuh punya perasaan kalo saya udah ovulasi tanpa ovidrel, karena sabut malam sebelum ke dokter saya merasa ini perut rasanya begah banget. Jam 3 pagi saya bangun dan pipis, perutpun terasa sangat keram. Ternyata waktu di USG sama BuDok, bener ajah, dr 8 telur, sudah ovulasi7, sisanya tinggal 1. JENG JENG JENG JENG!!

IUI - 1, hari itu juga langsung dijadwalkan IUI pertama dengan Dr. Reino (again, Dokter Nando lg nggak praktek, jadi pakai dokter pengganti). Dokter Reino juga baik banget, prosesnya IUI nya sakit2 dikit ajah. Kalo ada yg penasaran apa yang dilakukan selama IUI, bayangkan seperti papsmear atau HSG. Sama persis rasanya. Akhirnya jam 11.30 IUI pertama saya sudah terlaksana, dengan sperm count after wash ada 8.1juta (katanya sih bagus - tapi nggak tau menurut standard mana).

IUI -2, besoknya, saya kembali ke BIC untuk IUI kedua, dengan sperm count 7.3juta. Kenapa 2x? karena dokter said so. Yah saya manut ajah lah. Dokter tau yang terbaik. di hari ini saya cuma IUI ajah, dan sama dokter Nando. habis itu langsung pulang.

TWW - two weeks wait. 2 minggu terlama dalam hidup saya. dan sampai tulisan ini diturunkan, saya masih ada dalam masa tww haha!

Perasaan saat ini:
kaya abis ujian lagi nunggu nilai keluar. Nggak terlalu ngarep, karena kan hanya 20% tingkat keberhasilannya yah.. tapi juga tetap berdoa, karena perjuangan kita manusia sudah maksimal sampai tahap ini, tinggal Tuhan yang menentukan. AMIN.

Okehh..
Now, ngomongin rekapan Biaya (semua dalam ribuan rupiah yahh).
H+2:
Konsul dokter : 560
Admin : 60
Femaplex 2.5mg (10 tablet) : 282
Gonal F 4x @75iu : 2,628
Tonicard capsule 30 (ini obat buat si MT): 936
Note:sebenarnya ada lagi 1 obat buat MT: Starfer, harganya 1.2 juta, tapi tidak saya tebus karena ke sotoy-an saya. lumayan kan hemat 1.2Juta.
Total : 4,466

H+11:
Konsul dokter : 560
Admin : 60
Tambahan Gonal F 2x @75iu : 1,340
Total : 1,960

H+13:
konsul dokter: 870 (kena charge holideiiiii!!! *sedih*)
admin: 80 (kena charge holidei lagiii *sedih*)
Tindakan IUI 1 : 2,850
Obat2an setelah IUI:
Ascardia 20 tablet : 28
Duphaston 30 tablet : 813
Prohelic 20 tablet: 202
Total: 4,843

H+14:
IUI 2: 2,850

Grand total IUI 2018: 14,119 (mahal yahh)..
(anyway, karena sudah ovulasi duluan, so saya hemat 870rb untuk suntik ovidrel)


Ciao Bravo!
sampai jumpa di update berikutnya, semoga saja BFP! Amin for that.

Saturday, July 7, 2018

Freezing Japan 2018 - Day 4: Tokyo dan sekitarnya!

Setelah 3 bulan saya (terpaksa) vacuum nulis blog karena baru pindah tempat kerja (lagi hehe #curcol), akhirnya hari ini saya lanjutkan menyelesaikan perjalanan ke Jepang.. semoga saya masih ingat yah ceritanyaaa.. huh hah..

Day 4:
Dalam itinerary kami, hari ke 4 ini adalah harinya Doraemon! Buat kami-kami kelahiran tahun 80an (dan mungkin 90 awal), Doraemon adalah teman imajinasi kami bersama. So, visiting Museum Doraemon, is a must!

Well, sebenernya namanya adalah Fujiko Museum, karena museum ini sebenarnya menceritakan kisah hidup Fujiko F. Fujio dari mulai dia memulai karirnya sampai terciptalah Doraemon. Dan komik-komik yang terpasang itu nggak cuma Doraemon, tapi ada juga Kinetetsu (ini kayanya untuk anak2 angkatan lebih tua dari saya..mungkin 70an..?)

Anyway, Museum ini ada di kawasan Kawasaki (sekitar 45 menit menggunakan subway, dari Shibuya). Ekspektasi saya, masuk museum ini akan ramai, antri, dan daerah Kawasaki juga saya harapkan ramai dan banyak tempat makan. Ternyata............... zuper zepii...

Ada beberapa cara menuju Museum ini. Pertama, melalui Shinjuku mengambil tujuan Noborito Station. Kan, namanya ajah udah berbau2 Nobita (apasih). Kalau dari sini, kita bisa ambil Bus Doraemon, langsung di turunkan didepan Musem. Karena baru taunya pas sudah di depan Museum, maka kami tidak mengambil jalur ini. haha (miris). Kami mengambil jalan melalui Mukogaokayuen Station dan berjalan kaki dari sana sekitar 15 menit. sigh!

(ini dia bentuk tiket yang kami beli di Loopi)

Mendekati jam 10, muncullah mbak-mbak penjaga gerbang dengan berseragamkan seragam di komik2 jepang (apasih, susah dijelaskan). Tiket yang kita beli di Loopi di hari kedua, ditukar dengan tiket masuk oleh si Mba.. Saya menjadi pengunjung no 1 di barisan terdepan, disusul dengan beberapa turis China yang baru turun dari Bus.

Museum nya cukup terjaga, peraturannya, kami tidak boleh ribut, dan di tempat-tempat dimana terdapat komik2 Mr. Fujiko, kami tidak boleh memotrt, karena apparently blitz itu bisa merusak dan mempercepat keusangan kertas. Iyah, karena yang dipasang disana adalah kertas asli coret-coretannya Mr. Fujiko.

Sebelum masuk, kita dikasih semacam gadget dimana gadget itu dibuat untuk mengetik nomor gampar/diorama yang terpasang, kemudian penjelasannya akan muncul secara audio. Keren yah (saya katrok). Setelah melewati area Diorama, ada juga area permainan, area foto, taman, dan kafe.


Biar sedikit berwarna, sawa kasih beberapa gambar dari museum doraemon, tempat impian semua anak kelahiran 80an hehehe...








Habis dari Kawasaki yang zuper zeru, kami beranjak ke Ueno dan sekitarnya. Harusnya jadwal hari ini ke Harajuku, tapi karena ternyata keretanya lebih enak kalo mampir ke Ueno langsung, jadi jadwalnya kami bolak balik. Rencana di Ueno itu kita ke Sensoji Temple dan ke Tokyo Solamaci.

Sampai di Sensoji, NAJUBILE, rame BANGET. Beda banget sama Kawasaki. haha.
(tuh kan ramai banget, dan asep sembayang dimana2)

Di Sensoji, kami nggak lama2, cuma baca beberapa sejarah, ikut2an ramalan kocok (kok terdengar seperti parem kocok haha!) bayar 100 yen, bacaannya Moderate Luck. haha. Karena nggak percaya yang gini2an, saya tinggal ajah kertasnya diikat disana. Sebenarnya katanya kalo Bad Luck, baru deh diikat disana, biar bad luck nya nggak terbawa pulang haha.

(itu punya saya yang pojok kanan bawah hehe)

Nah, setelah menyusuri Sensoji Temple, sampailah ke tempat yang paling dinanti2 oleh MT. Tempat jualan Melon Pan! Kagetsudo Melon Pan! yang letaknya persis di belakang Sensoji Temple. Sedikit antri tidak masalah..
(beli 3 hanya Y1000, beli satu Y350 kalo gan salah.. dan dia beli 3: 2 dimakan langsung, 1 disimpan. dan MT sudah sangat senang) haha!

(penampakan yang diisi ice cream matcha, harganya Y500)

Dari situ, kita jalan lagi beberapa ratus meter menuju Suzukien Asakusa. Disini menjual berbagai macam Matcha, termasuk matcha Ice cream. Sayang karena sudah terlalu kenyang sama si Kagetsudo, jadi saya nggak beli ice cream lagi. Padahal, ice cream nya dijejer berurutan (kurang lebih 10 nampan) dengan warna dari hijau paling tua sampai hijau muda (tergantung kadungan matcha nya). Then, mereka juga menjual banyak jenis teh hijau dan matcha. Ask for Help, si Mba nya sangat ramah menerangkan dengan bahasa inggris yang setengah bahasa tubuh.

Next Stop: Tokyo Solamaci.
Kalau nggak salah inget, kita jalan ke Tokyo Solamaci dari Suzukien, karena masih dalam keadaan kenyang. Jalan kaki paling makan waktu 20 menit, sambil liat-liat gedung2 dan menyebrang jembatan riverside. Sampai di Solamaci, sempet contemplating mau naik atau nggak. Karena takut rugi. Harga naik saat itu (karena sepi dan bukan peak hour) Y2,200/person. Karena dipanas2in sama MT, akhirnya naik. Dan merasa rugi. Karena belum gelap, jadi pemandangannya biasa ajah.


(tuh kan biasa ajah kan..mungkin kalau malam lebih bagus)

(bentuk dari luar jauh lebih bagus, ekspektasi sayapun masih tinggi)

Menjelang gelap, kami hanya berjalan2 di Ueno Night Market, nyemil2 moci strawberry yang lagi heitz! banget dalam instagram. haha. Dan akhirnya menyudahi hari ini dan balik lagi ke Air BnB.

Setelah 4 hari di Jepang, rasa lelah mulai menghantui. Setiap hari kita berjalan di atas 30ribu langkah (menurut Samsung). Dan juga, kaki sudah mulai sakit bak nenek-nenek. Tapi besoknya, masih lanjut!





Saturday, March 31, 2018

Freezing Japan 2018 - Day 3: Gala Yuzawa

Sampai di hari ketiga!

Masih dalam rangka memanfaatkan TWP dengan maksimal, akhirnya kami putuskan ke Gala Yuzawa Ski Resort. Alasannya: free pakai TWP! Biaya PP tanpa TWP ke Gala itu sekitar 12,000-13,000.. Jadi kalau beli TWP ajah, dipakai ke Gala Yuzawa doank, udah langsung balik modal.

Hasil tinjauan kami (saya doank sihh! MT cuma meninjau biaya2 skiing) melalui Hyperdia dan Google Map, Gala Yuzawa paling mudah dijangkau dari statiun Ueno. Tiket Shinkansen Ueno - Gala Yuzawa sudah kami pesan 2 hari lalu berbarengan dengan pesan Shinkansen ke Kawaguchiko.

Pagi-pagi, lagi2 kami sudah rapih jali melenggang ke Ikejiri Ohasi, tidak lupa kami sempatkan makan roti tawar (yang enak banget beli kemarin ke Combini) dan makan onigiri di Combini dekat AirBnB. Sampai Ueno, ternyata, again, kepagian. Karena statiun bawah tanahnya agak2 outdoor (maksudnya angin2 dingin masuk juga melalui terowongan kereta ke ruang tunggu). Jadi mereka menyediakan ruang tunggu khusus masuk ke dalam ruangan tertutup. Si MT sempat-sempatnya bobo disana karena hangat, sambil menunggu Shinkansen. Ternyata, memang Ueno ini base nya orang2 menuju Ski resort di Yuzawa Area. Karena banyak sekali orang-orang lokal membawa peralatan ski dan snow board di Ueno Station. Tapi kebanyakan orang local turunnya di Echigo Yuzawa (1 station sebelum Gala) mungkin karena di Gala sudah terlalu banyak turis.

Kalau mau liat2 waktu pembukaan Gala Yuzawa, sewa alat, dan lesson. Silahkan liat2 di sini yahh..
Informasi di dalam web nya cukup lengkap. Untuk Ski lesson berbahasa Inggirs bisa langsung ngobrol2 sama orangnya via webchat.

Sampai di Gala (kebetulan kereta kita kereta pertama yg sampai di Gala) sudah ada "pemandu" yang menunggu kedatangan kita. Pemandu nya banyak dan dari beberapa negara yang sering mengunjungi Jepang. Ada yang berbahasa Inggris (entah dr mana yang pasti penampakannya bule), ada orang malaysia (spotted karena dia berkerudung), dan ada orang china. Anyway, tanpa ditanya, si orang Melayu itu langsung nyamperin kita (mungkin karena dia mendengar kita saling berbicara dalam bahasa indo). Dan dia langsung memberi petunjuk2 untuk pembelian tiket, sewa alat, dan paket2.

Jadi antrian pembelian tiket ada beberapa counter, dan ada 3 macam. Satu yang berbahasa Japanese and Korean, satu yang berbahasa Japanese and Chinese, satu lagi berbahasa Japanese and English. So, jangan salah antri. Dan so pasti yang antriannya paling panjang adalah English.

Karena pas kesana di pas-pas-in sama ulang tahun saya! yey! sebenarnya mereka menjual free lifting tiket untuk skiing dan Gondola free naik turun berapa kalipun (NB: kalo beli tiket gondola, itu hanya untuk 1 kali PP ajah). Botomline, karena saya berulang tahun kami menghemat sampai hampir 4,000 Yen. Lumayan kan! Jadi kalo ulang tahunnya di musim2 dingin, coba deh kesini, banyak promo! hehe. Oh ada satu lagi promo yang kita dapat, promo 10% discount karena menggunakan TWP! yey!.

Selesai bebelian tiket dan sewa loker, kita langsung ke tempat sewa alat. Di sana disediakan beberapa Rak khusus mencoba nomor sepatu. Setelah dicoba nomornya, langsung dicatat di form nya dan antri lagi di tmpt sewa menyewa.
(begini bentuk isian form nya)

Oiyah kita nggak jadi main Ski btw, karena lesson nya full book dan kalo kata MT terlalu beresiko kalo main Ski tanpa lesson untuk pertama kali XP. Jadinya harus berpuas hati hanya dengan bermain Sled (seluncuran ky anak kecil).

Habis dapet sewa boot , kita langsung mengarah ke loker. taruh2 semua barang, hanya bawa HP dan tiket ajah, karena sudah dapat dipastikan kami akan terlalu malas mengeluarkan kamera karena tangannya terlalu dingin dan basah.

Naik Gondola sampai tempat permainan, disana baru akan dapat papan seluncuran Sled.

(sesampainya tempat main, hujan salju tipis dan berkabut)

Setelah puas main sled (capek juga loh FYI). Baru kita lanjut makan siang, dan kebetulan kita juga beli paket Fun Tour pake sepatu (apa gitu lupa namanya) tradisional Jepang. Jadi orang Jepang Jaman dulu kalau jalan2 di salju pakai sepatu ini. Anyway, kalau kita nggak pakai sepatu ini, jalannya akan kejeblos masuk ke salju sampa sebetis.



(baguuuuuuusss banget Gala, sumpah nggak akan menyesal kesini)

Dan ternyata hasil terik2 panas banget, jadinya super panas banget disana. Pualng2 dari Jepang, muka saya sedikit terbakar, karena main disini. sigh. Tapi puas!Selesai Fun Tour, yang kita lakukan mahal, makan es krim karena kepanasan :)

Pulang dari Gala, sambil menyeret2 kaki, karena nggak puas dan nggak jd ski (sedih), kembalilah kita ke Ueno. Sampai Ueno, karena sudah mendekati jam makan, si MT langsung google2 mencari restoran enak di Ueno. Ternyada ada tempat makan sushi yang namanya pakai bahasa kanji dan tak terbaca di dalam Ueno Night Market. Akhirnya setelah mencocokan tulisan kanji di papan toko dan di gambar orang melalui trip advisor, sampailah kita ke tmpt makan sushi. Sushi nya ternyata murah2.. mulai dari 100 Yen sampai 500 Yen per plate. Dan sisinya Banyak. BANYAK! Isinya yah, topingnya, bukan nasinya. So, totally worth it. Tapi maap tidak membantu karena lupa nama restonya :)
(kira2 begini bentuk sushinya)

Karena kita sampai sebelum jam makan, kita masih bisa dapat tempat duduk. Selesai makan, ternyata didepan sudah muncul antrian. Baiklah! Hokii!

Selesai makan di Ueno, kita hanya berjalan-jalan sebentar (masuk Uniqlo berniat membeli Jaket lagi karena salah bawa jaket, tapi kok rasanya sayang akhinya tidak jadi haha!).

Pulang lah kita ke AirBnB dan mengakhiri hari ketiga yang indah ini! :)

Saturday, March 24, 2018

Freezing Japan 2018 - Day 2: Tokyo - Kawaguchiko - Gotemba - Kawaguchiko - Tokyo

Di hari kedua, acara kami cukup padat, karena lama di perjalanan, karena lagi, saya mengatur perjalanan dengan biaya se-minim mungkin.

Ok, jadi begini.. Sebenarnya, kita bisa atur perjalanan dengan rute: 
Opsi 1) Tokyo - Kawaguchiko - Gotemba - Tokyo
Opsi 2) Tokyo - Kawaguchiko - Gotemba - Kawaguchiko - Tokyo (lebih muter2)

Yang pasti, perjalanan dari Kawaguchiko - Gotemba nggak di cover sama TWP. Jadi kita harus beli tiket bus seharga 1,510 Yen. Di opsi 1, perjalanan pulang dr Gotemba - Tokyo juga tidak di cover sama TWP, kurang lebih ada additional cost sebesar 3,000 Yen. Sedangkan, kalau menggunakan opsi 2, perjalanan balik dr Gotemba ke Kawagushiko hanya makan biaya bus 1,510 Yen lagi. dan dari Kawaguchiko ke Tokyo sudah pasti di cover oleh TWP. So, di Opsi 1, akan keluar additional cost 4,500 Yen tapi hemat waktu sekitar 30 menit. dan di Opsi 2 akan keluar additional cost 3,020 tapi lebih lama 30 menit. Akhirnya saya putuskan Opsi 2. 

Jadwal bus untuk PP Kawaguchiko - Gotemba bisa dilihat di link ini. 
Beli tiketnya bisa di statiun Kawaguchiko, atau bisa langsung menggunakan Suica/Pasmo Card di tap di dalam bus.

Perjalanan dimulai pagi2 buta. Jam 6 kami sudah rapih jali melenggang Ikejiri Ohasi St. (pemirsa : Kalian mandi nggak sih? Jam 6 pagi udah rapih?; kami: nggak donk! kan malamnya udah mandi dengan bersih.. jd pagi2 tinggal jalan.. anyway itu musim dingin, bisa mati beku haha!). 

Base kami dimulai dari Shinjuku St. Oiyah, lupa bilang kalau di hari sebelumnya, kami sudah melakukan reserve bus di statiun Shibuya. Tinggal dateng ke Loketnya (untungnya English Speaking..) dan kasih tau kalian mau book tiket menggunakan apa jam berapa, kemana.. semua bisa diliat di hyperdia dan google map yahh.. Rutenya kalo weekdays adalah Shinjuku - Otsuki - Kawaguchiko. Kalau weekend, katanya sih ada yang langsung dr Shinjuku - Kawaguchiko. 

Okei, pagi2 kita sudah sampe Shinjuku. Saya sengaja nggak mengatur waktu mepet2, karena nggak tau kondisi Shinjuku yang kata orang besar sekali.. takutnya kereta yg udah terbooking malah kelewatan.. Akhirnya sampe di Shinjuku menyempatkan diri membeli Onigiri di Combini.. murah! cuman Y120 sajahh per pcs. 

Shinjuku - Otsuki makan waktu sekitar 1 jam. Dalam kereta enak banget lah, anget2 dan canggih. Kemudian lanjut dr Otsuki langsung ke Kawaguchiko menggunakan kereta yang lebih kuno, dan dingin banget! zzzzz...

(di dalam tran Otsuki - Kawaguchiko, tetap harus berpakaian lengkap bak tukang villa puncak, karena dinginnya pake banget!)

Otsuki - Kawaguchiko St, akan melewati Fuji St dan Fuji highland. Sang masinis akan memelankan keretanya saat Fujisan View nya pas banget buat di foto. Saya ingat saya ikut foto, tapi saya lupa fotonya ada dimana :( Otsuki - Kawaguchiko kurang lebih hanya 40an menit. Sampai di Kawagichiko St sudah ramai turis.. langsung buru2 lari ke perapian tengah yang hangat banget, sebelum jalan kaki lagi ke Kawaguchiko Lake. Kebetulan, kami tidak mengunjuki Tourist Spot. Bukan karena sengaja, tapi karena ketidak tahuan kami dan ke cheapo-an kami. Karena nggak mau tambah additional cost naik bus lagi dari Kawaguchiko St ke lake, so kami pilih jalan kaki bermodalkan google map. Sepanajng Jalan bagus loh View nya! nggak menyesal sihh.. Dan bener2 masuk2 ke gang-gang perumahan Jepang.. bahkan ada sampe lihat ada kuburan. 

Sesampainya kita, lalu bingung, kok sepi banget, kok nggak ada yang jual makanan.. kok kok kok.. Tapi akhirnya tetap foto2 karena bagus banget! dan kebetulan sepi yah.. krn bukan tourist spot. 
(bagus gak bagus gak? Fujisan nya mana? Fujisannya ada di belakang kita hehe)

Puas jalan-jalan dan foto, kita mampir ke tempat ramen (yang kata si MT) terkenal dan enak. Namanya Fujinokura Ramen. Btw, lumayan setelah jalan kaki naik turun bukit, badan ini menjadi hangat kembali haha. Makan ramen jadi puas bgt karena kelaparan hanya makan Onigiri di pagi hari. 

(enak nggak? Nyahh.. oklah.. karena nampaknya makanan di daerah ini tidak sebanyak di Tokyo)

Masuk restoran jam 11 (pas baru buka) masih sepi.. selama makan akhirnya makin banyak turis-turis berdatangan. Cabut dari makan bakmi (eh ramen) kita langsung ke Kawagichiko St. lagi untuk menunggu bus di Shelter 6 (outdoor, dingin, mampus) untuk ke Gotemba. Naik bus makan waktu 1.5 jam.. lama yah ternyata. bisa bobo2 ciang dulu di bus. 

Gotemba buat saya. Yah cukup tau ajah sih.. barang2nya bukan yang bagus2 gimana. Untuk yang hunting barang ber-merk yah harusnya ok lah. Saya sih terus terang bengkrap, jadi nggak beli apa2. si MT dapet sepatu Adidas lumayan murah. Yang saya suka adalah bisa makan Es Krim Godiva yey! Ternyata makan es krim di musim dingin bukan hal besar haha. 

Nggak banyak cerita di Gotemba, akhirnya kita memutuskan untuk pulang 1 jam lebih awal dr jadwal. Lanjut lagi ke Kawaguchiko St - Otsuki - dan Shinjuku. Sampai Shinjuku udah lagi-lagi lewat jam makan malam. Sudah kurang lebih jam 9 kurang dan kami mau coba ramen yang super terkenal (ternyata ramen turis) - Ichiran Ramen. Waiting time kurang lebih...hmmm... 40 menit kali yah.. outdoor, dingin, bye! Dan yang antri benar2 turis semua, Filipino, Korean, Chinese, Indonesia (us!). Sambil antri, kebetulan ada Lawson. Langsung saya cabut ke Lawson untuk beli Tiket Fujiko Museum buat lusa. 

Note: jadi beli tiket Fujiko Museum ini sedikit ribet karena: 
1. Harus beli di Loopi Machine yang ada di lawson
2. Loopi Machine hanya berbahasa Jepang. 

Jadi, dari pada saya nunjukin susah, mending kalian tanya ajah sama pegawai Lawson, mereka akan dengan ramah dan berbahsa tarzan melakukannya untuk kita. Note: pegawai2 Lawson nggak seberapa bisa bahasa Inggris. So, Good Luck with that!

Setelah makan Ichiran.. menurut saya Ichiran enak, tapi not worth the wait lah.. kalau2 sampai mau makan Ichiran, coba cari ichiran yang 24 jam, dan makan di jam tidak wajar.. misalnya jam 6 pagi, jam 11 siang, dan jam 3 siang :) karena saya melakukan itu di Osaka dan Ichiran tidak perlu antri hehe!

Lanjut ke hari esok yah! hari paling seru selama perjalanan (menurut saya)! :)