Saturday, September 23, 2017

TTC Journey Short Season: Traditional Intermezzo

Haii semuaa... Sudah lama rasanya tidak memberikan para pembaca update yang bermutu..(Kayak banyak pembacanya ajah nyihihihi)

Anyway, posting kali ini juga belum tentu bermutu sihh.. tapi saya tetap mencoba seinformatif mungkin yahh..

Jadi, kemana ajah saya setelah berhasil menjalani PLI? jawabannya: mencoba pengobatan traditional.

Some ppl asked me: why didnt u try IVF or insemination. Itu cara paling mudah untuk getting conceive.
That is totally true. Tapi di dalam lubuk hati kecil saya (tsah elah wiinn bahasa loo!! *toyornih) merasa kalau insem dan IVF itu my very very last bullet in the TTC war. selama masih ada harapan normal, kenapa tidak coba yang normal. So, yah.. masih mencoba normal sampai sekarang xixix.. Oyah, dan ini juga bukan masalah biaya yah.. (bukan berarti uang kami super banyak layaknya Paman Gober), tapi kalau memang sudah harus menggunakan IVF dan insem, yah apa boleh buat, biaya nya berapapun tetap harus dikeluarkan, bukan? Dan bukan berarti jalan menempuh normal conceive itu juga murah. seperti kalian bisa baca, saya sudah rincikan beberapa biaya yang sudah kami keluarkan selama proses. Kalau kata seorang teman saya, biayanya sudah sama seperti membeli chanel boy bags (hiks miris.. langsung buka Reebonz liat2 tas sampe garuk-garuk lantai)..

Anyway, setelah drama PLI selesai, dan seharusnya sudah balik ke Obgyn, kamipun tetap belum memilih2 obgyn handal yang pro PLI. Beberapa teman menyarankan pengobatan traditional. Akhirnya di bulan pertama setelah PLI selesai, kamipun mencoba obat sinseh ampuh dari Medan (saya tidak tau nama sinsehnya..saya hanya beli obatnya, rujukan dari teman). Anyway, obatnya ternyata adalah pai fung yen (dan beberapa jenis obat cina lainnya). Long story short: gagal yo... yah sudah deh..

Next! Another friend told me about her sister yang berhasil conceive dengan bantuan tusuk jarum atau bahasa bekennya: akupuntur. Septerti yang kalian tau, akupuntur ini memang sudah diakui di dunia kedokteran kan.. jadi masih semi-medical lah..Akhirnya kami pun mengunjungi sang sinseh..

Namanya Sinse Arif Budiman Halim (Djoen) di daerah Tosiga (deket banget sama gereja MBK dan sekolah Sang Timur). Pertama kali mengunjungi klinik ini, nampaknya hari keberuntungan buat kami, karena saat itu pasiennya tidak terlalu ramai dan kami dapat nomor muda (karena next kunjungannya selalu antri 3-4 jam *sigh). Masuk, bertemu dengan Koko Sinseh (iyah kokoh, karena guess what?? masih muda BANGET.. mid 30s I might say). Konsultasi pertama sih saya nggak bilang apa2, dia hanya memeriksa denyut nadi kami masing2. Dan langsung memberikan diagnosa. Sebenarnya menurut dia, masalah kami berdua tidak berat. Tapi kok somehow sudah 3 tahun masih belum ada hasil? (ini hanya pertanyaan saya dalam hati). Diagnosa beliau pun (I might say) 90% tepat. Diagnosa sperm nya MT, sama seperti yang diberikan dokter. Begitu pula diagnosa mengenai "antibodi" yang dia berikan. Jadi berpuluh2 juta saya buang untuk mengetauhi kondisi kami itu, hanya ditebak dalam 1x pertemuan dengan si kokoh sinseh hehe.

Akhirnya kamipun di treatment akupuntur dan diberikan obat herbal. Ke si kokoh sinseh ini hanya bertahan 4x pertemuan. alasannya bermacam2: 1) karena pihak lelaki (si MT) kurang percaya kalau bukan "dokter" yang ngomong (walopun dia tidak bilang terus terang, tapi saya bisa menerawang haha!) ; 2) sang sinseh tidak menerima pembayaran menggunakan kartu kredit haha (ini sih masalah cash flow ajah yah.. 3) antriannyaaa..... najubile.. setiap kesana selalu menghabiskan 25% waktu weekend kami.. hiks.. 4) seminggu sekali harus di treatment disana.. so, sangat berat buat kami yang sangat malas ini untuk bolak balik hehe..5) obatnya pahitttt... hehe!

Biaya pengobatan ke Kokoh Sinse adalah 400 rb/ orang /1x pertemuan. So, kami berdua: selama sebulan akan menghabiskan biaya 3.2 juta (tunai). Hebring juga kan harganya.. haha

Sekarang gimana? Sekarang saya ke Obgyn Rujukan di RSIA Hermina (Jatinegara). Padahal Hermina ada dimana-mana (Rumah kami di Jakarta Barat). Tapi sang Dokter hanya praktek disana.

Selanjutnya saya cerita di post berikutnya yah!! biar tidak tercampur ceritanya.

Ciao! Salam semangat TTC! :D