Sunday, January 15, 2017

Ask the right question

Saya rasa, saya harus kembali ke jalan yang benar.

Having said that, bukan berarti saat ini saya berada di jalan yang salah juga sih.. Tapi I've been caught up with life in the past 2.5 years.

Setiap kali bolong ke gereja atau nggak doa malam selalu di justify dengan kesibukan hidup, terlebih waktu saya tinggal di cibubur. Tapi nyatanya, setelah kembali ke jakarta barat-pun saya masih terlalu sibuk untuk ke gereja (yg sebenernya cuman 15 menit jalan kaki dr rumah) dan berdoa.

Tapi saya selalu meminta. Selalu menuntut. Dan selalu diberi. To the point that saya sampai malu meminta lagi.

(Pengantar yang cukup berat untuk sebuah tulisan yang ditulis oleh saya yah haha)

Anyway, kurang lebih 3 hari yang lalu mama saya mengirim rekaman renungan Rm. Gunawan MKK yang isinya tentang orang kusta yang minta disembuhkan oleh Yesus. Saya sih seperti kebanyakn orang Katolik, saya lupa itu ayat dr injil apa ayat berapa dan bab berapa hehe.. tapi intinya si orang kuata bertanya kepada Yesus "Tuhan, jika Engkau berkenan, maka tahirkan lah aku"

Nah isi renungan sang romo, menekankan pada kerendhan hati si orang kusta.. karena dia tidak meminta, dia hanya bertanya apakah Tuhan berkenan.. Lalu Tuhan tergerak hatinya oleh kerendahan hati si orang kusta tersebut.. kurang lebih intinya gitu..

Ini si mama juga bisaan ajah kirim ayat di saat yang tepat banget..

Kenapa tepat? Karena saya selalu meminta. Meminta untuk dikaruniai seorang keturunan (iyah balik lagi yah ke topik TTC).. To the point that saya udah gak pernah doa lagi karena merasa permintaan kaki ini belum juga dikabulkan.. dengan kata lain saya terlalu angkuh untuk berdoa..(dosa bangeet!)

Si MT selalu bikang, kalo kita doa, gak boleh minta keturunan, karena bukan kita yg berencana.. tapi kita harus minta dipersiapkan jadi orang tua.. (buat teman2 yang lupa, MT ini THS selama sekian tahun, putra altar sampai dengan usia sudah tidak diijinkan bertugah haha, selalu menjadi seksi rohani kelas, u named it lah).. tapi seperti kebanyakan orang yah, kalo dinasihatin orang terdekat, biasanya kan nggak pernah nempel nasihatnya.. jd harus dibilangin orang lain yah haha

Long story short, saya mulai menerapkan berdoa dengan rendah hati sesuai anjuran rm Gun..

Nah, nampaknya Tuhan mau menunjukkan sesuatu..

Beberapa hari belakangan ini saya selalu mendengar2 cerita2 sedih (kebanyakan sih dr instagram)..

Pertama, saat saya buka explore, I happened stalking into this one account yang isinya orang tua dengan baby yang meninggal setelah 6 hari dilahirkan.. disitu orang tua nya menulis doa untuj anaknya yang sudah dia nanti 38 weeks tapi tidak bisa dia peluk saat masih bernapas.. (sedihh yahh)

Kedua, again, dari instagram, di explore saya ada orang tua dengan baby yang terlahir sumbing dan harus menjalankan operasi bbrp kali.. disitu saya liat pisting2 ibunya begitu bangga dengan anaknya walauoun memiliki kekurangan fisik..

Ketiga, lagi2 instagram.. mungkin yang ini kalian tau, karena saya ligat bbrp teman juga posting tentang balita ini.. namanya Fang2, yang terkena neoroblastoma..

Keempat, ini kejadian sore tadi.. cucu pembantu saya sendiri, menungggal di usia 26 hari karena kelainan selaput otak (masih dugaan)..

Satu benang merah yang bisa saya tarik dari semua cerita diatas adalah.. mereka semua hadir di dalam orang tua yang dikuatkan oleh Tuhan..

Anyway, seorang teman pernah bilang ke saya, kalau punya anjing adalah sebuah expensive toy.. relate to this, kalo anjing ajah expensive, apalagi kalau punya anak?? Sudah siapkah saya??

Sekarang saya baru sadar, mungkin Tuhan membuka mata saya bahwa inilah yang seharusnya saya minta dari Tuhan.. kesiapan diri, kesiapan iman, kesiapan finansial, kesiapan menjadi orang tua.. Bukan meminta keturunan langsung tanpa persiapan.. karena pasti Tuhan nggak mau anugrahnya saya urus 'seadanya'..

Bottomline, saya percaya kekuatan soa dengan rendah hati.. saya juga percaya bahwa saya dan MT sedang dipersiapkan oleh Tuhan.. apapun caranya akan kami jalani dalam Tuhan.. melalui apapun, kesabaran dan kesiapan kami sedang diasa.. saya pun sudah bisa mulai berpasrah dan semiga levih pasrah lagi dengan jalan Tuhan setelah selesai menulis blog ini.. Amin!

Sunday, January 8, 2017

TTC Journey - Season 3: Eps 1: The Empire Strikes Back

Haii!!

Happy new yeaaarrr!! Semoga di tahun yang baru ini, ibu2 yang lagi TTC, bisa segera punya momongan, termasuk saya! Amin yang kenceeeng!

Karena wish nya sudah nyerempet ke arah obrolan TTC, sebelum lupa banget, saya mulai cerita season ketiga deh (buat yang udah bosen baca soal TTC saya, nggak apa2 loh kalo ditinggal pergi, tapi nanti saya Dor! hehehe..baca baca!)

Setelah season dua berakhir dengan gantung (udah kayak serian barat kann) Akhirnya kami memutuskan untuk lanjut ke sisi lain (sisi suami - The Empires - red *maksa*)

Season 3 ini syutingnya sudah dimulai dari lebaran 2016. Saat memutuskan untuk menyudahi pengobatan di dr. Aria yang baik hati, kamipun teringat omongan romo yang mengatakan masalah hormon di si MT.. Kamipun berinisiatif untuk memeriksakannya ke dokter ahli masalah kesehatan pria.. Setelah tanya ke 1-2 sumber dan browsing beberapa blog dan forum, akhirnya menjelang lebaran, kami menyempatkan mengunjungi dr. Hendrawan di RS Siloam Kb Jeruk.

Dokterpun menganjurkan MT untuk melakukan test hormon (di salah satu lab terkenal di daerah kedoya) dan USG testicle di daerah Tanjung Duren (dengan seorang dokter ahli USG di daerah situ). Lab test hormon: about IDR 1 mill, and USG about 500k.. *uang ku terbaangg!*

Long story short, si MT didiagnosis oleh dokter memiliki vericocele grade 1 dan ringan (ki-ka, atau ka-ki gitu, saya lupa) Buat yang belum tau ini hewan apa..boleh loh di google dulu, atau bisa klik link ini untuk penjelasan singkatnya.. Dan dari diagnosis tersebut, dokter menyarankan untuk operasi vericocele..

Berbekal mbah google dan forum female daily, banyak yang bilang bahwa: 1) kalau vericocele tingkat 1 dan bahkan ringan, tidak butuh operasi.. 2) hasil operasi masih 50-50 bisa membaik, bisa memburuk.. Nah, takutlah kami atas semua kemungkinan yang terjadi..

Akhirnya kamipun mencari opini kedua atau bahasa gaulnya seken opinien.. browsing punya browsing, sampailah keputusan pada dokter androlog kedua.. Dr. Indra G. Mansur, yang praktek di RS Budhi Jaya (daerah Tebet).. Beliau praktek di hari kerja, after office hour.. nah, sayangnya, dari kantor saya ke budhi jaya, harus melewati yang namanya Kota Kasablanka (mol paling bikin sesak di jalan Kasablanka.. hiks.. Perjuangan banget mencapai RS ini.. Begitu sampai sana, kami dapat nomot urut 11 (oh no!). Berita baiknya dari nomor urut ini adalah: wahhh ternyata dokternya ramaii yahh..artinya banyak yang berhasil dengan dokter ini.. AMIN! Berita buruknya, setelah menunggu lama, ketemu dokter, lalala lilili, kami masih harus melanjutkan perjalanan pulang ke pinggiran kota Jakarta Timur, a.k.a ci-bu-bur!. Die die die.. *singaporean accents*

Long story short, setelah menunjukkan hasil test hormon dari lab, dan hasil USG, si dr. Indra malah melihat keanehan di hasil test hormon dan sebaliknya beliau berfikir malah vericocele grade 1 belum harus operasi.. YEAY!! Ok, lets star with Hormon test.. jadi seperti kebanyakan hasil test darah, pasti ada 3 kolom: 1) nama test, 2) hasil test dan 3) rujukan range yang seharusnya dianggap normal.. Nah, hasil test hormon di salah satu lab terkenal tersebut menunjukkan hasil test MT semua dalam range normal.. tapii... dr. Indra mengatakan itu range normal wanita! oh no! so misled! (dan setelah google2, bener ajah loh, rujukan hasil wanita dan pria harusnya berbeda)..

Intinya si dokter bilang si MT ada masalah dengan hormon (oh no! Romo Oetomo was right! - inget season 2 last eps hehe). Bukan masalah berat, tapi masalah ringan. Si dokter dengan jenaka mengungkapkan istilahnya seperti anak SD, disuruh lulus dengan hasil 9, malah lulus dengan hasil 6.. kurang lebih begitu.. Btw, dr. Indra ini sangant jenaka loh! dan talkative (in a good way yahh) dan tidak komersial... dia tidak menyarankan kami untuk melakukan test ulang di RS tersebut, tapi menggunakan semua hasil test yang sebelumnya sudah kami lakukan..

I have a good faith with this doctor!

Bersambung yahh...karena saya lelah mengetiknya, dan kecenderungan orang akan malas kalo baca sesuatu yang terlalu panjang (eh apa itu saya doank yah?? hehehe)

Buat pasutri diluar sana yang masih TTC, smangaatt!! walaupun saya juga belum berhasil, tapi saya tau, jalan Nya sudah kelihatan kok! Amin..

Ciao!

Saturday, December 24, 2016

Menjelang Hari Raya Natal dan Hari "Ditanyain Keluarga Seduania"

Haloo lagiii...

Akhir2 ini saya merasa agak buntu deh kalo mau menulis..mungkin karena sudah jarang membaca.. :( (selain membaca memo credit yahh..Boss saya kerja dengan benar loh Boss...semoga bos saya baca! dan bonus saya dinaikin hehe) Kadang menulis itu butuh inspirasi, dari mana datangnya? dari membaca, melihat, mendengar, dan merasa (ciee...ngomong opo toh nduk?)

Okei, karena ini sudah menjelang Natal. Natal sudah bisa dihitung mundur dari 43,200 detik lagi (silahkan, yg mau hitung dari 43,200.. 43,199.. 43,198... (lanjutin sendiri ah saya lelah)..

Pembahasannya sekarang adalah bertemu keluarga di kala Natal..

Kebiasaan di keluarga kami (The Iswandas-Marzukis) itu kalau Natal adalah "Open House". Tradisinya sudah dimulai dari sejaaakkk...saya sendiri lost track, mungkin sejak kami semua pindah ke Jakarta.

Background nya adalah (ini hanya tebakan saya semata yahh):
Clan The Iswandas itu terdiri dari 1 sister and 5 brothers. Papa saya merupakan anak no 3, dan merupakan salah satu yang menjadi kristiani "yang duluan" dibanding saudara2nya.. Dan kebetulan juga menikahi "clan The Marzukis" yang juga sangat kristiani. Klan The Marzuki sendiri terdiri dari 4 bersaudara, dan dikepalai oleh mama saya, orang paling suka rempong sedunia haha! Akhirnya, diadakanlah tradisi "Open House" dari tahun-ke-tahun di rumah Iswanda-Marzuki di bilangan Joglo.

Dari sepuluh tahun yang lalu setiap selesai acara mama selalu bilang "tahun depan, nggak mau lagi ah capek" tapi di tiap November akhir tiap tahun, dia selalu lupa dengan kelelahan open house, berganti dengan excited-nya Christmas celebration and all other thingy.

Jadi... karena Open House ini selalu diadakan di rumah enyak-babe saya, saya pun nggak bisa mangkir dan harus hadir dan membantu di setiap tahunnya kann..

Selayaknya 2 buah keluarga besar berkumpul disaat hari raya (pasti teman2 yang muslim juga merasakan hal yg sama saat Lebaran), apa hayoo yang paling ditakutkan?

Buat yang jombo: ditanyain kapan bawa pacarnya kesini? nggak usah pilih-pilih bangett...
Buat yang udah punya pacar: ditanyain kapan kawin? tunggu apalagi sih?
Buat yang udah kawin ditanyain: kapan punya anak? Udah isi belum? jangan ditunda...
Buat yang udah kawin, tapi belum punya anak juga, dan berat badannya lagi agak berlebih: ditanyain "eh kamu udah isi yah??" <-- ini pertanyaan paling menyakitkan sih hahahahahha...

Siapa yang sering mengalami ini?? ngacuungg!! (saya saya!)..

Dulu jaman masih jomblo (sekitar SMA-kuliah awal2) setiap natal pasti ditanya (apalagi saya punya sepupu yang juga seumuran saya, pasti hal ini juga menjadi bahan comparison mereka kan) "Mana Pacarnya? si sepupu kamu ajah sudah bawa pacar tuh!" Saatnya saya bawa pacar, saya selamat untuk 1-2 tahun kemudian..Tapi nextnya, karena pacaran selama 7 tahun dengan orang yang sama (iyah, si MT kok) stage pertanyaan berikutnya mulai timbul.. Ditambah lagi, di tahun kedua saya pacaran, kakak laki-laki saya menikah.. (Noted that, kakak saya hanya terpaut 2 tahun dari saya, dan beberapa saudara saya memprediksi kalau wanita biasanya menikah duluan kan..jd mereka expect adiknya menikah duluan haha!) pertanyaan2 itu saya tahan sampai 4 tahun... Kemuadian tahun pertama menikah, saya masih aman, belum ada selentingan pertanyaan lajutan muncul.. tapi di tahun2 berikutnya, muncul lagi pertanyaan tentang anak dan berat badan (pertanyaan tentang berat badan sih paling nyebelin haha!!)..

Memang pertanyaan-pertanyaan macam ini sih paling membuat bete.. Tapi kalo kita telaah lagi, They're just being polite with us.. Bayangin yah keluarga jauh yang jarang-jarang ketemu sama kita, dan nggak tau kalau we've been through a lot of thing for cari pacar - kawin - punya anak dan sebagainya.. wajar saja mereka bertanya "kabar" kita kan..

Nasihat dari mama saya adalah: anggap ajah semua pertanyaan orang itu adalah doa mereka buat kita haha..makin banyak yang bertanya, makin banyak juga yang mendoakan kita untuk segera punya pacar, kawin, dan punya anak.. So, sabar2 yang guys buat Natal kali ini!!

Sejak dinasihati itu, kalau ada yang nanya bete nggak sih lo ditanyain, the answer is "No" (..you need to let it go.. you need to let it go.. - Meghan Trainor)

Bottomline, I feel you guys out there yang selalu ditanya di pertemuan-pertemuan keluarga!! hehe!!
Semangat yahh..semoga pertemuan kali ini adalah pertemuan terakhir kalian ditanya tentang pacar, karena tahun depan sudah bawa pacar.. Dan pertemuan terakhir kalian ditanya tentang pernikahan, karena tahun depan sudah menikah.. dan tahun terakhir kalian ditanya tentang anak, karena tahun depan, the baby is on the way!!..

Amin yang kenceng!!

Selamat Hari Natal buat teman-teman semua yang merayakan!!
Selamat liburan untuk semuanya!!

Monday, December 5, 2016

TTC Journey: season 2 episode 3 - END

Haii..

Setelah... (itung dulu pakai jari.. May, June, July, ..., Dec) 7 bulann!! baru saya berkesempatan update blog ini lagiihh.. dan dimulai dengan TTC.. APA?? No Windy, not this theme again, please!! hehe

Selama 7 bulan ngapain ajahh??
Ingin rasanya bilang ke kalian semua: Saya sudah 7 bulan menganduung!! tapi boong hehe.. (ngarep boleh doonkk siapa tau cepat dikabulkan hihi)..
Tujuh bulan, banyaaakkk banget yang terjadi ie. percobaan inseminasi yang batal (pas nulis kata inseminasi, kok saya merasa seperti ibu sapi yahh??), pindah kantor, pindah rumah...

Karena judulnya TTC Journey, jadi kali ini ceritanya hanya soal TTC yahhh... yang lain2 saya ceritakan di lain kesempatan dan waktu. :)

Kali ini, sub-judul TTC nya adalah "Percaya Nggak Percaya"

Jadi, setelah TTC season 2 episode 2 gagal maning, kami memutuskan untuk melakukan inseminasi (kembali lagi saya berfikir saya seperti mama sapi -red). Datanglah kami hari kedua datang bulan ke Pak Dokter Ari (apakabar yah dia sekarang).. Setelah diresepin obat untuk memperbesar telur (sekarang saya merasa seperti ayam-red) kami pulang dengan membawa bill yang kembali lagi mahal (ini sudah siap mental deh). Saya ingat hari itu hari rabu dan pada masa pra-paskah minggu terakhir.

Di hari Sabtunya, saya diboyong mama saya ke seorang Romo. Mungkin kalo kalian pernah dengar, nama Romo nya adalah Romo Oetomo. Romo Oetomo ini bisa dibilang Romo yang memiliki "Ilmu". Saya sih lebih percaya kalo Romo Oetomo ini memiliki "kekuatan doa" i/o disebut sebagai "ilmu" karena kalau disebut ilmu, terkesan seperti sesuatu pembelokan agama (apasih - tau apa saya mengenai agama, ke gereja saja masih suka malas hehe)..Dan romo menggunakan pendulum saat berdoa. Note: saya pernah google nama ilmu pengobatan dengan menggunakan bandul/pendulum ini, memang ada istilah medis/terapi nya, tapi saya lupa, dan coba google lagi nggak ketemu hehehe..

Saat saya bertemu romo minta didoakan (btw, ini kali kedua saya bertemu beliau, tapi baru kali ini saya didoakan secara pribadi) karena sedang menjalankan proses "inseminasi" (si ibu sapi huhu). Tetiba, di dalam doa, si Romo mengatakan secara tegas "Nggak usah Insem! Pakai cara biasa, pasti bisa normal ini" gituu... Gimana yah, saya ini orangnya suka "percaya nggak percaya".. Jadi di satu sisi saya percaya sama ROmo adalah terusan mulut Tuhan.. Tapi saya bingung kenapa si Romo begitu keras bilang itu..Kemudian, dari hasil terawangan Romo Oetomo, beliau bilang kalau si MT (suami-red) ada sedikit masalah hormon. Beliau bilang, sudah sembuh masalah hormon ini (karena baru didoakan dan dijamah oleh Tuhan , melalui Romo).

Long story short, saya membatalkan insem (jadi sia2 bill tagihan pertama itu melayang)..Datanglah Jumat Agung dan Tri hari Suci. Kalau saya jadi inseminasi (tetap kepikiran sapi-red), seharusnya jadwalnya adalah hari Senin, setelah hari Paskah. Buat teman2 yang juga pasien dr. Arie Polim, mungkin teman2 juga tau di hari Jumat Agung itu, dr. Polim kehilangan anak sulungnya, yang sedang bertugas putra altar di gerejanya. Anak sulung dr. Arie meninbggal saat bertugas (masih sedih dan nggak percaya sih kalo inget ceritanya..kasihan juga Pak dr. Arie yang baik hati). Intinya, kalau saya melanjutkan proses insem, dr. Arie (yang selama ini tau historis medis saya) nggak akan melaksanakan insem untuk saya, tapi pasti diganti dokter lain.

Nah, intinya, saya rasa perkataan Romo ada hal-hal "percaya nggak percaya" yang tersirat.. Nggak boleh insem... mungkin kaena dokter yang menangani saya kebetulan akan berhalangan. Nggak boleh insem.. mungkin juga karena bertentangan dengan ajaran katolik (ini saya sudah research, dan ternyata ada 2 pendapat..tapi memang kebanyakan mengatakan masih menentang inseminasi di ajaran katolik).. Nggak boleh insem.. mungkin karena, percuma saja hasil insem hanya akan "membuang uang" karena toh ternyata masalahnya ada di hormon nya MT (yamg ini nanti saya lanjutkan ceritanya yahh..)

Jadi moral cerita hari ini adalah: Terserah Tuhan. Jalan Tuhan pasti indah. AMIN yang kenceng sambil angkat tangan! :)



Note: teman-teman kalau mau bertemu Romo Oetomo dan minta didoakan, Rm berdomisili di gereja Hati Kudus Tuhan Yesus, Jogja...yang biasanya kalian sebut dengan "Ganjuran". Itu loh yang gerejanya ditengah2 ada candi kecilnya.. Romo Oetomo sudah tua sekalii sudah berusia late 80s..Tapi ingatannya masih tajam, dan masih berbicara dengan jelas. Psstt.. Romo nya agak sedikit galak (atau memang nada berbicaranya begitu).. Kalau mau datang, teman-teman bisa telepon langsung ke Romo atau ke sekretariat.


Jadi, sekian dulu cerita sayaa..Besok (semoga bisa pulang cepat lagi) dan saya lanjutkan langsung ke season 3.

Happy TTC!! Enjoying every moment! (mengingatkan diri sendiri)

Tuesday, May 24, 2016

Novena 3 kali Salam Maria di 9 Goa Maria di Jakarta

Waahh postingannya berat bangeett! 

No lah, as if you dont know me. Mana ada postingan saya yang berbobot? Haha

Walaupun postingan kali ini berbau agamis, tapi percayalah sama sekali tidak ada maksud fanatisme dibaliknya. Buat yang kenal sama saya pasti meng-iyakan hal ini. Secara yahh, ke gereja ajah bolong2, mana mungkin ada maksud famatisme haha! 

Segala sesuatu hal yang saya katakan dalam posting ini hanyalah pendapat saya semata yahh.. Hihihi! 

Jadi, latar belakang pelaksanaan novena ini adalah keroposnya ketebalan iman saya sejak saya merasa "tidak sempat" untuk berdoa. Sejak kapan? Sejak menikah tepatnya haha! Tuhan saya sudah kalah dengan kesibukan, kemacetan, kepenatan, kelelahan. 

Padahal, kalau ditilik ke belakang, saya sudah sangat sering menggantungkan kehidupan saya di tangan Tuhan dan melalui bantuan Bunda Maria. 

Pertama kali saya merasa diselamatkan melalui doa Bunda Maria adalah saat saya SMA. Dimana saya akan mengadakan pesta sweet 17, seperti kebanyakan remaja gaul SMA pada masa itu. Satu hari sebelum pesta, Jakarta dihadang banjir. Dalam pemikiran anak SMA yang dangkal dan sedang galau, akhirnya diajarkan oleh mama saya untuk rosario. Malam itu saya rosario. Rosario yg mungkin paling khusuk yg saya laksanakan selama 17 tahun hidup saya (sebelumnya setiap kali rosario pasti ngantuk atau ketawa2 sama kakak saya *sigh*). 

Kedua kali saya merasakan bantuan tangan Tuhan melalui Bunda Maria, adalah saat Ujian Nasional SMA. Dari awal tahun ajaran di kelas 3, suster kepsek kami, Sr. Anthony mengajarkan novema 3 kali salam Maria. Dan kami berdoa ini terus di pagi hari sampai dengan hari ujian dan pengumuman kelulusan. Hasil ujian saya? Nggak usah ditanya, yang penting lulus! Pdhal berbekal pengetahuan ilmu alam (terutama kimia) yang sangat dangkal #anakIPAgadungan 

Ketiga kali saya diberkati lagi adalah saat saya ujian akhir saat mengambil Master di Syd. Kalo ditanya, loh pas ujian akhir saat BA gimana? Waktu ujian akhir BA, saya tidak berfikir akan mahalnya uang kuliah yang ortu saya keluarkan, jadi saya ujian ajah dengab santai. Nah saat di Syd, karena saya sudah mengenal betapa susahnya mencari uang (apalagi di KAP) kebayang betapa mahalnya jika saya harus mengulang satu saja Subject disana huhu. Dan akhirnya dengan berbekal berdoa di Katedral, saya berhasil lulus dengan mulus (wihh rhyme!!) dr sana. 

Keempat (banyak banget yah, iyah memang) saya kembali berdoa novena 3x salam maria menjelang hari pernikahan saya. Dan, dengan jadwal yang super padat, lokasi yang berada di wilayah macet, di hari H, semua acara suprisingly lancar tanpa ada gangguan macet. Why? Muzizat. 

Nah, cukup dengan 4 muzizat besar selama hidup saya dan (buat org yg mengenal saya dari dekat pasti tau) betapa lurusnya jalan hidup saya (yg saya selalu syukuri), orang tua yang baik dan lengkap, keluarga yang utuh, pacar (yang hanya satu2nya dari dulu) yang setia yg akhirnya jadi suami, karir yang cukup baik, dan sangat banyak yg lain lagi. Sudah seharusnya saya tetap dan terusberdoa dan bersyukur. 

Oleh karenanya, dan juga karena kebetulan ada libur panjang dan kebetulan bulan May (bulan Maria), akhirnya kami, saya dan MT, memutuskan untuk melaksanakan novena ini sambil keliling2 Jakarta yang saat itu sepiii.. Dan kami juga membawa harapan untuk segera memiliki momongan ( so sekalian diselipkan harapan dalam doa *ciee*) 

Dan berikut ini adalah jadwal kami (kalau-kalau ada yang mau ikut). 

Gereja Santo Thomas Rasul (Bojong Indah) 

Gereja Santo Andreas ( Greenville)

Gereja Maria Bunda Karmel (Tomang) 

Gereja Salvator (Slipi) 

Gereja Kristus Raja yg punya patung bunda Maria yg paling bagus menurut saya (Pejompongan)

Tadinya mau ke gua Maria Imaculata di Univ. Atma, tapi pada hari libur gerbang Atma ditutup. Akhirnya kami lanjutkan ke Gereja St. Ignatius Loyola. 

Gereja Santa Theresia (Menteng) sekalian misa Jumper 

Gereja Katedral

Dan pada akhirnya homebase Gereja Maria Kusuma Karmel!

For sum up:
"God is never too busy to listen. Don't be too busy to talk to Him" 


Cheers,
Saya yang masih berusaha meluangkan waktu. 


Friday, February 5, 2016

TTC Journey: season 2, episode 2

Akhirnya baru sempet dan berkeinginan untuk update TTC lagih. 

Setelah siklus January yang diharapkan tidak datang, malah datang sesuai jadwal, sayapun kembali berkunjung ke dr Arie lagi. Kalau di episode sebelumnya saya datang pada h+2, kali ini saya sengaja datang di h+3, dengan alasan di hari itu sudah tidak terlalu banyak (if u know what I meant) haha! 

Transv di h+3 belum kelihatan apa2 sih. Ketakutan adanya kista di episode sebelumnyapun tidak terbukti karena hasilnya rahim saya bersih. Dokter hanya memberi resep obat penyubur (femara 2x1) dan asam folat yang bukan generik (folilet gitu kalo gak salah). Padahal dengan berbekal pengetahuan di bill episode 1, saya berharap mencetak bill yang lebih murah (karena MT sudah tidak dikasih vit yang super mahal itu). Tapi ternyata dengan penggantian obat2 baru, billingnya masih sama *omooo!!* akhirnya saya disuruh balik lagi di h+13 (karena h+14 jatuh di hari minggu) 

Sebelum masuk h+13, banyak sekali drama di episode kali ini. Pertama dimulai sejak mertua saya berkata bahwa leher saya tampak membesar (regardless memang saya naik 3-4kg setelah married haha!!) akhirnya saya ke dokter dan disuruh USG, karena ditakutkan adanya pembengkakakn tyroid. Akhirmya saya USG, dan kata dokter USG nya: ini kebanyakan isinya lemak (thank you docfor reminding me haha!) tapi juga ditemukan 2 kista yang besarnya hanya 2-4 mm. Dan tidak akan berdampak apa2 menurut dr USG.

Setelah hasil USG keluar, kembalilah kami ke dr umum yang memberi rujukan. Tapi si dr umum ini malah menyuruh saya ke dr bedah (yang belum saya ikuti sampai sekarang). Karena saya kurang percaya dengan dr umum ini, sayapun dibantu mama untuk tanya2 ke teman2nya yang dokter. Dan semuanya berkata itu wajar. WAJAR! *sigh* untunglah ketakutan tyroid membesar sudah gone dan ternyata lemak (duh!) 

Drama kedua adalah hasil medical check up (MCU). Karena fasilitas kantor yang sudah lama tidak saya gunakan, akhirnya (mumpung masbur belum mulai) saya melakukan MCU di salah satu RS besar di jakarta selatan. Hasilnya: payudara kiri dan kanan ditemukan adanya lump (yang setelah saya check2 sendiri tidak menemukan apa2, malah adanya memang tulang rusuk saya yang agak menonjol, yang sudah ada dari sejak jaman SMP). Kedua, dr obgyn saat MCU bilang saya ada keputihan dan diiming2in kalimat yang katanya bisa berpengaruh ke kesuburan (yang akhirnya setelah di confirm ke dr Ari, itu namanya cervical mucus atau cairan kesuburan, dan bukan keputihan.. What the.......). Belum berakhir sampai disitu, hasil USG perut menyatakan ovarium saya ada kista sebesar 1.5cm. Ini masih bingung sih, tapi kontra indikasinya, kenapa selama ini saya transv USG di dr Yani dan dr Arie, tidak pernah kelihatan. Dan sayapun sudah tanya kiri kanan dan katanya memang kadang "telur" itu bisa terlihat seperti kista. Lain2nya, Puji Tuhan normal.

Tibalah h+13. Kembali ke dr Arie. Hasil USG transv menunjukkan saya lumayan sensitive dengan obat barunya dr Arie. Ketebalan dinding rahim kata dr: excellent (9mm). Jumlah telur ada 3: 2 di kiri (18 dan 16mm, belum terlalu matang),  1 di kanan (21mm, yang katanya akan ovulasi segera). Dokter sih bilang harusnya bulan ini 80-90% chance berhasil. Kalau melihat kondisi rahim saya. Tapi 10% nya ada di kondisi suami dan sisanya unknown. Kalau bulan ini belum berhasil, dr Arie menyarankan insem, karena dengan insem, bisa membantu "mencuci" sperm dan hanya yg berkualitas baik yang dimasukkan. Kali ini dojter tidak menyarankan untuk balik konsul di h+21. Dia suruh kami balik kalau sudah positif atau, again h+2/3 di siklus yang baru. 

Yak, dengan berbekal "jadwal" baru kamipun pulang dan memutuskan untuk cuti selama kurleb 1 minggu. Semiga saja di episode kali ini bisa berhasil, jadi nggak usah merogoh kantong lebih dalam. Hehe! 

Dan ternyata, si bulan yang tidak dinanti datang tepat waktu! Haha! Ternyata 80-90% itu hanyalah harapan semata. Huhu. Kesempurnaan 100% hanya ada di tangan Tuhan.  

Dan akhirnya eps 2 pun berakhir! 

We'll update on the next eps soon yah! :)

Wednesday, December 30, 2015

TTC Journey: Season 2 Episode 1

Sumpah, saya sangat iri sama orang yang sangat mudah hamil. Ternyata kehamilan untuk sebagian orang itu tidak semudah di film Pernikahan Dini (inget gak?! Yang main agmon sama syahrul gunawan, sekali berhubungan, langsung hamidun!hahah!) jadi bersyukurlah kamu-kamu yang tidak perlu bolbal obgyn.. 

Okehh! Mari kita mulaii. 

I dont know if it is appropriate to tell detail story about my TTC. Yang pasti, tujuan saya hanya untuk sharing dan memberi info, selayaknya saya juga banyak mendapatkan info berguna dari internet dan blog-walking. Dan semoga info2nya berguna untuk pasangan2 lain yang juga sedang TTC hehe.

Setelah Season1 TTC yang belum banyak saya dokumentasikan (karena satu dan lain hal). Season2 akan gw dokumentasikan dengan lengkap. 

October kemarin setelah second honeymoon belum berhasil membuahkan. Akhirnya saya dan MT memutuskan untuk kembali ke dokter. 

Pengalaman dari dokter yang kemarin, saat ini saya lebih selektif memilih dokter. Kriteria yg saya cari tidaklaah sulit haha:
1. Komunikatif. Dalam arti: bisa diajak ngobrol, tidak memberikan kesan "terburu-buru" walaupun pasiennya super antri.
2. Harus praktek di RSIA. Karena anggapan saya RSIA itu lebih enak dibanding RSU (gak tau dr segi apanya, ini hanya personal preference) haha
3. Tidak komersil. Mendengar kiri-kanan dan membaca blog2 orang, banyak cerita mengenai dokter yang komersial. Apa ajah disarankan. Dan berujung pada harga yang mahal. As u may know, kalau kontrol ke dokter kandungan dengan diagnosa fertility itu tidak diganti asuransi :( jadi saya yang cheapo ini harus selektif memilih dokter yang komersial.
4. Kalau bisa punya KFER (konsultan fertilitas), kalau tidak punya, dia harus punya track record bagus. 
5. Dokter cowo. Meskipun agak risih "diubek2" sama dokter cowo, tapi menurut beberapa pengalaman teman yang ke beberapa dokter cewe, biasanya mengeluh lebih "sakit". Hmmm nggak tau persis sih kenapa. 

Akhirnya pilihan pun jatuh ke dokter Arie Polim, SPOG (K). 

Saat siklus di bulan December datang, sayapun menelepon RS Bunda dan bertanya kapan sebaiknya saya ke dokter. Maksudnya biar nggak 2x bayar gitu. Misalnya datang hari ke xx tau2 dokternya suruh balik lagi hari ke yy karena belum kelihatan telurnya. Kalo gitu kan jd 2x bayar. #cheapomode. 

Kata si suster harus datang di H+2. Datanglah saya hari itu ke dokter. Dan si Pak dokter bilang, dia mau transvaginal USG (OMG!). (You know why I was so shocked)

Setelah saya ceritakan kronologis saya dengan obgyn sebelumnya dan saya berikan hasil HSG, dr. Arie memberikan kebebasan untuk saya dan suami apakah mau langsung inseminasi natural, atau mau coba normal dl. Tanpa banyak mikir (karena cheapo juga) akhirnya saya memutuskan untuk normal dulu. Siapa tau Tuhan berkehendak lain. 

Hari itu saya pulang dengan bill kurleb 1.5 juta (excld sperm analysis:350k) dan jadwal disuruh balik lagi di H+14. Saya dikasih obat penyubur yang saya lupa namanya dan asam folat. Sedangkan suami dibekali antioksidan yang harganya 2/3 dr billing (nangis darah liat tagihan CC buldep) dan rujukan untuk test sperma. 

Tibalah H+14. 
Tanpa antri panjang, sayapun masuk sesuai jadwal. Seperti biasa dan kebanyakan dokter, masuk2 lgs disuruh ngangkang untuk tranvaginal USG (ouch!). 

Hasilnya cukup melegakan. Ketebalan dinding rahim 8.5mm, jumlah telur yang besar :2, 1 dikiri dan 1 dikanan (karena menggunakan obat penyubur) dan besar sekali (20mm dan 23mm) . Kalo info dari seorang teman yang sudah lama TTC, ketebalan dinding rahim normal harusnya 7mm, jumlah telur: 1 kalo tanpa obat, dan besarnya minimal 18mm. 

Hasil sperm test suami: tetratozoospermia. Apakah itu sodara2..?! Haha 
Intinya jumlah % sperm yang normal tidak sampai 4% (batas normal). Tapi kabar baiknya jumlahnya 10x lipat jumlah normal. Soo nggak masalah dehh walaupun % nya gak sampai 4%, jumlahnya tetap lebih banyak dr org normal. Motility (kecepatan) nya juga sangat bagus. Yeay MT! 
Tapi pesan dokter, disuruh makan wortel yang banyak (ouch!!!) 

Hari itu kami pulang membawa "jadwal" hehe. 2 hari sekali yah, saran dr.Arie. Dan   disuruh balik lagi di H+21 untuk lihat apakah sudah terjadi ovulasi atau belum. Karena ini hanya kontrol normal, dokterpun tidak lagi repot2 memberikan obat dan vitamin, so hari itu saya hanyak bayar konsultasi dokter. (Semoga ini sign kalo dokternya tidak komersial hehe) 

H+21 pun datang. Hari itu rencananya si pak dokter hanya mau liat apakah saya sudah ovulasi atau belum. Setelah (again) di transv. USG, telur sebelah kiri sudah tidak tampak, dr. Arie beranggapan sudah ovulasi lebih dulu makanya sudah tidak kelihatan bekas apapun. Sedangkan telur sebelah kanan terlihat agak berantakan dan mengecil, kata dr.Arie ini artinya baru 1hari + ovulasinya. TAPI dokter juga menemukan gumpalan (yang dia sebut gimpalan darah) di ovarium kanan (hiks! Apalagi ini). Dr. Arie curiga ini kista (HIKS!) tapi dia heran kenapa di USG pertama dan kedua tidak ada. Jadi dia bilang mungkin akan luruh kalau nanti datang bulan. 

Kesimpulan kunjungan ketiga: ngambang. Belum tau hamil atau nggak, karena hasilnya br bisa diketahui about 2 weeks. So, kayak org IVF deh: 2 weeks wait (2ww) hehe. Dan hopefully gimpalan darah itu bukan apa2 yahh.. 

Next kunjungan would be: kalo hamil or kalau datang bulan, H+2 atau 3 hari. *crossing fingers* 

Begitulah perjalanan TTC season two, episode 1. Minta doanya juga yahh para pembacaa! Semoga berhasil hehe! Makasihhh :)

Ciao!