Saturday, March 17, 2018

Freezing Japan 2018 - Prelude

Feel like ages..
Sudah lama sekali saya tidak menulis blog, sungguh saya rindu #toyorwindy

Awalnya sudah mau close ajah blog ini, isinya cuma seputaran TTC yang belum berhasil (ciee ceritanya lelah). Kemudian ada seorang sepupu dari negeri nun-jauh disana mau berkunjung ke Jogja dan dia nanya2.. Akhirnya saya cari blog archive saya dan tinggal kasih ajah link nya ke dia. Nah terus saya berfikir, ternyata mengabadikan blog itu ada gunanya loh. Apalagi pas tempo hari saya persiapan jalan-jalan ke Jepang, saya benar2 terbantu baca blog kiri dan kanan.. So.. saya mau cerita perjalanan saya yang mendadak kemarin ini ke Jepang.. yeay!

Dari tahun lalu kami sudah berkeinginan jalan-jalan, karena jabang bayi yang ditunggu2 selama hampir 3 tahun belum kunjung datang dan yah sudahlah kami lelah (saya doank sih, kalo MT santai kayak di pantai, selou kayak di pulou) dan memutuskan untuk take a break.

Dan somehow, dari tahun 2016 banyak (BANYAK; B A N Y A K) sekali orang Indonesia alan2 ke Jepang. Kenapa yah? Mungkin karena buaian-buaian foto di sosial media yang membuat semua orang merasa FOMO (fear of missing out) dan akhirnya beramai-ramai pergi ke Jepang. Atau mungkin juga karena banyak sekali blog-blog yang bercerita mengenai pergi murah ke Jepang, sehingga membuat Jepang menjadi salah satu tujuan yang "masuk budget".

Di tahun 2017, tadinya kami mau mengajak kedua belah pihak orang tua kami untuk jalan2 bersama2 ke Jepan (bayar sendiri2 kook, saya dan MT belum berpenghasilan sebesar itu untuk membiayai sebuah perjalanan keluarga.. tapi sudah ada niatannya, semoga gajinya makin berkembang #loh). Akhirnya, karena satu dan lain hal, akhirnya, kedua orang tua kami malah berangkat ikut tour dan kami berdua ketinggalan di Jakarta

Akhirnya, di tahun 2018, niatan pergi ke Jepang diwujudkan. Si MT sih maunya tunggu pameran dulu, biar dapet tiket murah. Tapi kalo tunggu pameran akan perginya baru di akhir2 tahun atau at least second half. Sedangkan saya sangant ingin sekali pergi di musim dingin. Dengan berbekal karakter yang dari kecil selalu dipenuhi keinginannya oleh papa (bahasa kerennya: manja), sayapun mulai "merajuk". (Red: merajuknya dikasih tanda kutip yah, karena bukan merajuk menye2 menjatuhkan diri di lantai lalu berguling2 gitu, melainkan merajuk dewasa dengan memasukkan pertimbangan2 berat dan logika alam semesta!) Ternyata, si MT pun punya sifat mirip2 sama Papa saya: tidak tahan rajukan :) yeay!

Suatu malam yang cerah di awal Jan18, dimana AC Grand Indonesia berhembus sangat dingin, kamipun mampir ke Dwi Daya GI. Dari niatan hanya bertanya tiket, sampai akhirnya malah beli Tiket.. #eaaa Mas-masnya Dwi Daya itu loh.. gimana yah pinter banget.. bilangnya gini: Mas, ini tiket perginya tinggal 6 seat dan pulangnya tinggal 9 seat. Harusnya kalo deal besok pagi masih keburu sih. Nanti tinggal hubungi saya saja. Kamipun termakan omongan mas-mas Dwi Daya. Akhirnya kami pergi dengan tiket masing2 seharga IDR 6 Mn dan berangkat 1.5 bulan kemudian. 

Dengan terburu-buru akhirnya kami minta referensi teman-teman yang sudah pergi ke Jepang, membaca blog-blog mengenai transport di Jepan (btw transport Jepang susah BANGET). Daann lain-lain. Sampai suatu ketika, saya membaca di sebuah blog kalau mereka pergi ke Jepang dengan persiapan 6 bulan wow! Tapi sayapun punya seorang teman yang honeymoon pergi ke Jepang, tanpa persiapan matang (yang ngerasa, jangan marah.. nanti tak makan! hehe).

Selama persiapan, langkah-langkah yang kami lakukan adalah:
 1. Tinjau tiket pulang-pergi. Kebetulan kami pergi mendarat di Tokyo dan pulang dari Osaka (walaupun transit dulu ke Tokyo).
 2. Buat itinerary kasar. Misalnya: hari 1 base dimana, mau kemana saja. dst.
 3. Setelah tau base setiap harinya, baru cari Hotel! btw, kami tidak menggunakan Hotel, tapi AirBnB. harga hemat sampai dengan 40%!
 4. Pastikan transport! (salah satu hal tersulit, apalagi kalau tidak pakai JR Pass seperti kami).
 5. Cari makanan. Yang terakhir ini adalah tanggung jawab utama nya si MT. karena dia BANYAK maunya! (dan disinilah budget terbesar kami, sungguh)
 6. Tinjau ulang semuanya! Ini penting banget!
 7. Siapin passport dan visa! Untungnya, karena dari tahun 2017 kami memang berencana ke Jepang, kamipun sudah mengganti passport kami masing2 menggunakan e-passport.

Keuntungan menggunakan e-passport:
1. urus visa mudah, cepat, dan murah (bahkan gratis jika di kedutaan)
2. memaksa kami untuk ke Jepang lagi dalam waktu 3 tahun (Karena e-pass visa berlaku 3 tahun yeay!)
3. udah sih itu doank :) Mulai yahh ceritanya dari persiapan2 kami di atas.


Kartu Kredit Pendukung: BNI JCB terbukti punya rate terbaik di Jepang.

Berdasarkan info dari seorang teman yang juga baru berwisata keluarga ke Jepang, penggunaan kartu kredit BNI berlogo JCB sangatlah membantu. Selain membantu bertransaksi, juga katanya punya rate yang paling murah dibandingkan dengan kartu kredit lainnya. Untungnya kami punya KK tersebut. Ini bukannya Paid Partnership yah (yaaa keleus BNI mau..). Anyhow, kamipun membagi 2 kebutuhan kami di Jepang. Untuk pembelian oleh-oleh dan barang-barang, kami pakai KK, sedangkan untuk makan dan jajan, kami menggunakan Cash.

Barang yang HARUS dibawa: Dompet kartu kecil dan dompet koin.

Lagi, seorang teman memberitahu, kalau pergi ke Jepang jalan-jalan sendiri (tanpa tour) kita harus membawa dompet kecil yang bisa muat kartu subway (kereta bawah tanah yah, bukan sandwich hohoh) dan bisa untuk koinan. Daann ternyata benar adanyaa..Pergi ke Jepang di musim dingin, sangat merepotkan. Dimana kita harus keluar masukin kartu subway dan buka tutup sarung tangan. dengan membawa dompet kartu subway dan jaket berkantong, akan sangat mudah untuk menggunakannya. Kemudian dompet koin. Ini sangat penting karena, transaksi di Jepang (apalagi mau jajanan pinggir jalan) mostly menggunakan koin. Karena harganya hanya berkisar 100-700an Yen (walaupun ada juga yang 1000an), sedangkan uang kertas di Jepang pecahan terkecilnya adalah 1,000 Yen. Lalu, dimana-mana di Jepang BANYAK BANGET Vending Machine dimana harus menggunakan koin.

Perlukah membeli JR Pass? Tergantung kebutuhan.

Kalau menurut saya itu kembali lagi ke masing2 rencana perjalanan. Kebetulan rencana perjalanan saya >7hari (JR Pass kan hanya 7 hari), dan tidak membutuhkan perjalanan PP menggunakan Shinkansen ke Tokyo - karena saya pulang dari Osaka. Mungkin kalau perjalanan yang base nya di Tokyo dan hanya 7 hari, akan lebih membutuhkan. Nanti saya akan share di post terpisah yahh.. karena menurut saya posting ini perlu agak detail, untuk membantu memberi informasi yang mungkin akan berguna.

Belilah tiket-tiket kebutuhan yang bisa dibeli di Jakarta.

Tiket-tiket seperti: Tiket theme park, JR Pass, Kansai Pass, etc. bisa dibeli di Jakarta melalui tour and travel. Karena ada beberapa tiket yang harganya lebih mahal jika dibeli di Jepang, dibandingkan di luar negri sepert Kansai Area Pass. Saya beli 1-day Kansai Pass di HIS tour seharga 2,200 Yen (sesuaikan dengan rate) dan jika dibeli di Jepang, harganya menjadi 2,500 Yen.. kan lumayan 300 Yen bisa buat beli Melon Pan :) Lalu, keuntungan beli Tiket Theme Park di Jakarta, kebetulan kemarin kita beli Uneversal di Jakarta, adalah supaya langsung antri masuk, tanpa antri beli tiket lagi!! :)

Pack light!

Ini penting banget lohhh.. karena saya kemarin kesusahan babawa koper ukuran medium untuk naik turun tangga di Subway station. Untungnya punya Kuli pribadi bernama MT :) Anyway, ini salah dia juga sihh (tetep nggak mau disalahin) Dia bawa baju banyaaaakk bangggeeettt... sehingga akhirnya peralatan lain2nya harus titip di koper saya huhuhu. Jadilah koper saya berat. Dan tambahannya lagi, kami pergi di musim dingin, so berlipat gandalah itu kesesakan koper kami :(

Okei, next posting lanjut ke Day 1 kami yahh! Ciao!
Buat yang siapa tau kebetulan lagi baca dan lagi prepare ke jepang: You'll love it!


No comments: