Haii semuaa!! *dadah dadah nggak jelas ke pembaca seluruh Indonesia* (sok laku)
Hari ini saya sempat membaca teori mengenai anak bungsu dengan segala karakteristiknya di salah satu artikel di internet. Karena bacanya di kantor, dan saya randomly ketemu link itu, jadi sekarang tidak bisa saya share disini link-nya, karena saya sudah nggak bisa mencarinya hehe Tapi tadi pas makan siang yah Pak Bos! bukan pas jam kerja kookkk browsing-nyaa sueerr!! :D
Intinya artikel itu bilang kalau karakteristik anak bungsu itu kurang lebih seperti berikut ini:
* kelebihan: persuasif dan berjiwa sosial tinggi.
* kekurangan: tidak bertanggung-jawab, tidak memiliki kemauan yang keras (mudah menyerah) dan emosional.
Ok, satu-satu yah saya bahas, dengan merefleksikannya ke diri saya sendiri yang tidak lain tidak bukan adalah anak bungsu yang lucu, manis, dan imut. hehe.
Persuasif
Dalam artikel itu menyebutkan kalau anak bungsu itu bisa dibilang "memiliki" aset orang tua. Dengan kata lain, apa yang anak ini minta, pasti dikasih. Makanya, anak bungsu sering kali hanya tinggal merengek, dan wala! semuanya tersedia. Jadi dengan kata lain, merengek itu merupakan dasar-dasar ilmu marketing! (sesat banget).
Refleksi:
Dari sejak ingatan saya bekerja 100% alias saya ingat dengan jelas seluruh kejadian di hidup saya (kira-kira jaman SD, mau ngomong gitu ajah susah), yang saya tau, merengek bukan merupakan hal yang mempan untuk kedua orang tua saya. haha. Apalagi kalau merengek untuk barang yang mahal, seperti hand phone misalnya. Papa selalu mengajarkan berjuang sebelum dapat sesuatu yang kami (saya dan kakak saya) inginkan. Misalnya saja, waktu SMA kelas 1 saya mau handphone sampe jungkir balik, tetep ajah nggak dibeliin sampai keliatan nilai metematika di raport dapet 9 (Yes, I AM great at Math!!) haha (sombong tampar ajah! *plok*). Tapi tidak saya pungkiri kalau merengek itu adalah jurus ampuh anak bungsu. Karena hal ini berhasil digunakan untuk hal-hal kecil walaupun papa-mama saya adalah orang yang very strict. haha. Misalnya kalau ada cicak-cicak di dinding diam-diam merayap di kamar saya (note: saya paling geli sama cicak dan kecoa). Saya tinggal ke kamar mama dan merengek, walhasil mama datang kekamar saya membawa sapu lidi dengan segera (masih kejadian sampai sekarang lho! hihihi).
Bottom line, apakah saya menjadi persuasif? tidak. Hanya beberapa orang yang percaya perkataan saya kalau saya menawarkan sesuatu haha. Makanya in the end saya menjadi analyst instead of sales hehe.
Berjiwa sosial tinggi.
Kalo menurut artikel tersebut seorang anak bungsu memiliki jiwa sosial yang tinggi, karena dia biasa mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua dan kakak-kakaknya.
Refleksi:
Seberapa tinggikah jiwa sosial saya? Menurut saya sih ini nggak ada hubungannya. Kadang kalo punya rejeki lebih jiwa sos saya sangat tinggi, tapi kalau akhir bulan yah nggak lah yauww.. sama-sama kere. hehe. Tapi artikel ini ada benarnya, saya liat dari si MT (note: si MT a.k.a pacar saya ini juga anak bungsu). Dia punya jiwa sosial yang sangat-sangat tinggi, sampai kadang saya keki sendiri dan mau bilang ke dia: nggak usah lha semuanya disumbang. hehe. (maafkan pacar mu yang tidak berjiwa sosial ini , MT).
Tidak bertanggung jawab
Menurut artikel, anak bungsu ini memiliki tingkat tanggung jawab yang rendah karena terbiasa "disuapi" dan "gampang diberi" oleh kakak dan orang tuanya.
Refleksi:
Siape bilang gw nggak tanggung jawab?? hah?!! Mungkin di beberapa hal ada benarnya, seperti: tanggung jawab atas kondisi kamar tidur *oops* Kalau dibandingkan dengan kakak saya yg obssesive compulsive, kamar saya sih (dulu waktu jaman SMP-SMA) jauh lebih berantakan dari kamar dia. Tapi kalau dalam hal-hal besar saya tetap dididik oelh orang tua saya dengan benar, yaitu untuk bertanggung jawab atas sikap dan perbuatan saya sendiri. Jadi, menurut saya tanggung jawab dan tidak, sangat jauh kalau dihubung2kan dengan urutan kelahiran seorang manusia. hehe.
Mudah menyerah
Sama seperti alasan tanggung jawab, karena saking seringnya anak bungsu "disuapi", maka ia akan lebih mudah menyerah dan tidak terbiasa berjuang.
Refleksi:
Bukti perjuangan saya, bisa dilihat di tulisan saya selama 2012 yaitu selama saya berjuang sendirian di sydney. Artikel tersebut sangat lemah menarik garis antara urutan kelahiran dengan kemudahan seseorang untuk menyerah. Banyak faktor lain selain generalisasi sikap orang tua terhadap anak terakhirnya yang dapat mempengaruhi kegigihan seseorang. Misalnya, anak bungsu sih anak bungsu, tapi klo lahirnya di keluarga miskin, kan sama-sama harus berjuang hidup. Mau bungsu, mau sulung, semua harus cari uang. yah toh! hehe
Emosional
Menurut artikel tersebut, pemberian perhatian yang lebih dari orang tua dan kakak juga berujung pada sikap emosional anak bungsu yang turun naik.
Refleksi:
Satu-satunya sifat yang saya benarkan! hehe. Saya memang orang yang sangat emosional. bisa gampang naik darah, tapi gampang juga reda dan menyesal. haha. Haruskah saya ikut anger management? Kata mama sih harus. hehe. Oh No!
Well, in the end, sesuai tulisan saya sebelumnya disini bahwa manusia itu tidak bisa dikelompokkan. Begitu juga dengan pengelompokkan sifat dan sikap manusia sesuai dengan urutan kelahirannya. hehe.
So, apakah kalian setuju kalau anak bungsu itu manja dan menyebalkan? (ayo anak bungsu pada bersuara).
Saya sih nggak setuju. Lingkungan dan pendidikan sangat berpengaruh pada sifat seseorang, bukan urutan kelahirannya.
Random banget yah tulisan saya kali ini. Out of nowhere tiba-tiba nulis beginian.
Ciao!
No comments:
Post a Comment