Kali ini prelude itu sebelum process IVF berjalan - yaitu suka duka manusia kepo.
Seperti yang saya bilang kemarin, karena rasa keingintahuan saya begitu tergelitik mengenai "unexplained infertility" (sok banget). Karena kayanya aneh ajah ada sesuatu yang tak terjawab.. biasanya semua ada jawabannya. Film Drakor pun tamat dengan penyelesaian hahah (apasih).
Anyway, suatu hari secara nggak sengaja saya melihat positng foodblogger yang melakukan IVF dan berbagi mengenai kekentalan darah. Kekentalah darah adalah salah satu hal yang belum pernah saya cek selama 5 tahun berkutat dengan reproduksi. Saya juga nggak kepikiran ada hal lain yang bisa menghambat reproduksi. Dan dokter yang saya kunjungi semuanya adalah OB bukan Hematolog juga. Ternyata setelah mulai research dan tanya2, kekentalan darah itu lumayan common sebagai penyebab infertility.
Akhirnya saya memberanikan diri untuk mulai test kekentalan (dan apapun yang berhubungan dengan darah) di bulan Mar19. sejauh hasil research saya, ada 3 dokter hematolog terkenal di Jakarta: Prof Aru, dok Nandang, dan Prof Karmel. Dari ketiga ini, prof karmel yang punya jejak di keluarga MT. So, saya mau coba ke Prof Karmel. Ternyata, sialnya saya, Prof karmel terserang Stroke ringan pada saat itu, dan beliau cuti proktek hingga hampir 2 bulan. Karena saya memang berencana IVF di bulan May, maka nggak ada cukup waktu buat saya. Setelah tanya2 ke RS Cikini (tempat prof karmel praktek), mereka merekomendasikan dokter Rebekka, yang dahulu adalah asst.prof karmel.
Akhirnya saya ke dok Rebekka, dengan alasan vertigo dan kurang darah (supaya di cover assuransi). Dok Rebekka menyarankan untuk test lab hematologi lengkap-kap-kap. lengkap banget sampe menghabiskan porsi asuransi saya. kalau nggak salah pada saat itu total nya sudah mencapai 6 juta. (Iyah asuransi dari kantor saya memang sepitik...sedih..)
Dari test lengkap tersebut, ada beberapa diagnosa baru yang terngkap (halah udah ky NCIS!):
1. Protein S deficiency (score: 45% seharusnya 59.8% - ini tiap org berbeda2 yah)
2. Anti Phuspholipid Syndrome (APS - bahasa kerennya kekentalan darah) (score ACA IgM: Indeterminate)
3. Fe (Feritin) deficiency (Score: 42).
Akhirnya dok rebekka menyarankan untuk infus feritin dulu 2 hari, sehingga score meningkat. Disini saya lakukan dan saya menyesal dan sangat menyayangkan. Score Fe saya itu 42, memang rendah. Tapi range dari lab itu 13-150. Artinya saya masih di batas normal. Karena keterburu-buruan saya, saya tidak ambil pusing dan langsung infus. Setelah infus Fe saya melonjak jadi 400 - malah melebihi batas. Setelah ini, kembali rasa keingintahuan saya tergelitik. Atas saran seorang teman, saya mencoba cari 2nd opt ke Hematolog lain. Akhirnya saya pergi ke dr. Noorwaty di RSPI puri indah. Beliau malah terkejut kenapa sampe harus infus Fe. Karena banyak juga orang yg sudah hamil dengan Fe rendah, hanya diresepin: makan daging. bukan infus Fe. Saya benar2 kecewa dengan diagnosa dokter saat itu. Karena infus Fe sendiri sudah menghabiskan uang yang cukup dalam, walaupun saya pakai asuransi, tetap saja hal yang tidak perlu malah memperparah kondisi.
Atas rujukan dr. Noorwaty, saya kembali berobat hematolog di MMC, dengan dr. Lugyanti Sukrisna. Dok nya masih cukup muda (mungkin mid 40) dan sangat amat ramah dan informatif. Doc Lugy nggak pernah meresepkan apapun, beliau hanya bilang makan sehat, olahraga teratur. Dari sini saya berkesimpulan bahwa dok ini tidak komersial. Saya sangat merekomndasikan dok Lugy.
Long story short, dengan melihat semua hasil-hasil test darah saya, doc Lugy sudah yakin benar bahwa pada saatnya nanti saya harus suntik Lovenox (pengencer darah) saat mulai IVF. Ok doc! noted. Doc Lugy hanya menyarankan test berkelanjutan untuk mengetahui apakah benar saya ada APS (salah satu autoimun) dan apakah ada autoimun bawaan lainnya. Thanks God dari hasil yang ada ternyata saya tidak sampai APS dan tidak ada autoimun bawaan. Oh akhirnya untuk Fe dr. Lugy pun menyarankan untuk test ulang. Thanks God, hasilnya sudah turun jauh (karena saya banyak minum untuk membantu penurunan Fe).
Selanjutnya Doc Lugy menyarankan utnuk kembali ke beliau pada saat setelah ET (embryo Transfer). sekitar 2 bulan setelah ET, saya kembali konsultasi ke doc Lugy. hasil terakhir test darah saya, ACA sudah turun jauh ke angka normal. Protein S pun sudah normal. Akhirnya saya menjadi orang yang hanya "memiliki bakat" kekentalan darah. yeayy!
Semua proses hematolog ini juga saya sharing ke Apol. Apol memang akhirnya menyarankan suntik Lovenox setelah diketahui d-dimer saya tinggi setelah ET. Fyi, lovenox ini 1x suntik harganya kisaran 217 - 260 rb (tergantung beli di RS mana; di RSIA Bunda: 260an; di RSIA Family: 217; di RS MMC: 219). Suntik selama kehamilan 1x/hari.. kebayang kan saya harus merogoh kocek berapa lagi sampai 9 bulan. hehe. makanya saya menjadi lebih pelit akhir2 ini. Sebenarnya beli di distributor langsung bisa dan harganya bisa 180rb. Tapi MT agak takut kalau2 barangnya tidak asli. Yah sudah, saya manut ae.. semua demi kebaikan si dodot.
Cerita sedikit soal suntik Lovenox.. Jadi, suntik Lovenox ini memang disarankan oleh Apol. Tapi sebagai OB dan di RS infertility, mereka tidak begitu mengerti how to inject this thing to your body. Alhasil awal2 kehamilan, perut saya biru semua. biru benar2 biru ky org habis kepentok. ini karena suntiknya mengenai pembuluh darah dan bocor. Saat konsul kembali ke Doc Lugy, beliau terkejut! katanya kebiru2an ini malah bisa meningkatkan d-dimer saya. sayapun terkejut! Akhirnya saya diajarkan cara suntik yang benar oleh sus nya. Suntiknya harus 3 hari dari pusar (ke arah kiri dan kanan). dan HARUS dicubit.. jadi semakin besar, harus cari lokasi yang bisa dicubit. Sekarang biru-biru saya jadi jauh lebih sedikit. oyah BTW, yang suntik MT loh! hehehe.
Nah, setelah tm (trimester)1 selesai, saya sangat berharap untuk menghentikan suntikan lovenox. namun nampaknya tidak ada dokter yang berani ambil resiko. Bertanya ke Doc Lugy, beliau menyerahkan ke Apol. Bertanya ke Apol, beliau masih gamang. Tapi akhirnya saya dan MT pasrah, walaupun suntiknya sakit, dan harganya mahal. Ini semua demi kebaikan si Dodot. Jadi kalaupun memang harus suntik sampai full term saya terima. Doc mungkin nggak mau ambil resiko karena ini IVF (harganya sendiri sudah kepalang mahal) dan kami sudah TTC selama 5 tahun.. pasti harapannya sudah besar.
Anyway, sampai tulisan ini diturunkan (halah! udah macam liputan 6 petang) saya masih rajin suntik Lovenox 0.4mg setiap hari. yg suntuk MT. karena kalau panggil sus kerumah, ada biaya tambahan lagi dan kami menghindari itu. MT sudah sangat canggih dalam hal suntik menyuntik karena sekarang makin jarang biru2. Kenapa nggak suntik sendiri? karena saya takut sakit. haha! sakitnya itu bukan saat jarumnya masuk, tapi saat obatnya masuk. Rasanya seperti disayat! bener deh gak bohong. hahaha!
Oyah, update untuk usaha menghentikan suntikan lovenox. Jadi kemarin kami baru melakukan 4d. Dan ternyata juga di cek aliran darah ibu menuju rahim. Ternyata menurut doc 4d. aliran darahnya sedikit tersendat (syok!) atau bahasa kedokterannya, terdapat notching.. tapi untungnya si Dodot sudah dapat asupan maksimal karena berat dan ukuran sesuai usia (bahkan lebih 1 minggu hehe). Kamipun semakin yakin dan mantap untuk tetap melakukan suntik sampai 9 bulan. Ok doc!
Yah demikian suka duka kami yang melakukan TTC dengan berkecendurangan kental darah. Semuanya kami jalani dengan nikmat. karena semua berkat dari Tuhan sudah lebih dari kata cukup.
Buat teman-teman yang baca dan kebetulan punya case serupa! semangat! mari kita saling menyemangati :D
ciao bravo!